Sumber: Yahoo Finance | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Harga emas dan perak kompak terbang pada perdagangan hari Senin (1/12/2025). Para investor berbondong-bondong beralih ke logam mulia di tengah keyakinan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga bulan Desember ini, ditambah kekhawatiran bahwa lonjakan mata uang Yen Jepang bisa mengacaukan pasar global.
Mengutip Yahoo Finance, kontrak berjangka (futures) emas melesat di atas US$ 4.270 per troy ounce, melanjutkan tren kenaikan selama empat bulan berturut-turut. Angka ini tinggal selangkah lagi untuk menembus rekor tertinggi sepanjang masa di bulan Oktober lalu yang berada di level US$ 4.336.
Performa emas tahun ini benar-benar fantastis, naik lebih dari 60% (Year-to-Date). Logam kuning ini jauh mengungguli indeks saham S&P 500 dan meninggalkan Bitcoin yang justru sedang lesu. Pada hari Senin, harga Bitcoin tercatat 9% lebih rendah dibandingkan posisi awal tahun.
Sementara itu, perak mencatatkan rekor tertinggi nominal sepanjang masa (intraday) di atas US$ 58 per ounce. Meskipun jika disesuaikan dengan inflasi angka ini masih jauh di bawah rekor tahun 1980 (hampir US$ 150), kenaikan perak tahun ini sangat fantastis: tembus 100%. Beberapa analis bahkan memprediksi harga perak akan segera menyentuh US$ 60.
Baca Juga: Raksasa Asia Tumbang, Manufaktur RI dan Vietnam Justru Jadi Juara
Faktor Pemicu: The Fed & Dolar yang Melemah
Komentar lunak (dovish) dari pejabat The Fed semakin meyakinkan investor bahwa bank sentral akan memotong bunga setidaknya 25 basis poin bulan ini. Saat bunga turun, Dolar AS diprediksi ikut melemah, yang biasanya menjadi sentimen positif bagi harga logam mulia. Selain itu, emas dan perak menjadi lebih seksi di mata investor dibandingkan aset berimbal hasil (seperti obligasi) ketika suku bunga rendah.
Pada hari Senin, indeks Dolar AS (DXY) memang terlihat turun. Di sisi lain, potensi kenaikan bunga di Jepang memicu ketakutan bagi investor yang selama ini meminjam Yen murah untuk membeli aset AS (carry trade), memaksa mereka melepas posisi tersebut. Bersamaan dengan itu, pasar kripto pun ambruk.
"Indeks Dolar AS sedang turun, dan aksi jual besar-besaran di pasar kripto justru menjadi 'bensin' yang mendorong reli logam mulia ini," ujar Maria Smirnova, Chief Investment Officer di Sprott Asset Management.
Tonton: Harga Emas Antam Tersenyum Tipis Hari Ini (1 Desember 2025)
Karena pasar perak, platinum, dan paladium jauh lebih kecil dan tidak se-likuid emas, pergerakan harganya bisa lebih liar (squeeze) saat pasokan menipis atau arus dana investor masuk deras. Platinum tercatat sudah naik lebih dari 85% tahun ini, sementara paladium melesat 65%.
Prediksi Masa Depan: Masih Bullish
Analis Goldman Sachs memperkirakan harga emas bisa menembus US$ 4.900 pada akhir tahun depan. Sementara itu, UBS baru saja menaikkan target harga emas mereka ke level US$ 4.500 per ounce pada pertengahan 2026.
"Pandangan kami terhadap emas tetap bullish," tulis analis UBS pekan lalu. "Kami menilai peran emas sebagai diversifikasi portofolio dan pelindung nilai (hedging) dari risiko geopolitik belum tergantikan."
Tonton: BMKG Peringatkan Potensi Bencana akibat Siklon Tropis di Selatan Sumatera, Jawa, Bali, hingga Papua
Kesimpulan Utama
1. Rotasi Aset Besar-besaran: Investor meninggalkan pasar Kripto (Bitcoin turun 9% YTD) dan beralih ke Logam Mulia yang dianggap lebih aman (safe haven).
2. Kinerja Fantastis: Perak menjadi juara dengan kenaikan 100% tahun ini (tembus US$ 58), sementara Emas naik 60% (tembus US$ 4.270). Platinum (+85%) dan Paladium (+65%) juga ikut terbang.
3. Sentimen The Fed: Ekspektasi pemangkasan suku bunga di bulan Desember dan melemahnya Dolar AS menjadi pendorong utama kenaikan harga komoditas ini.
4. Target Harga Fantastis: Goldman Sachs dan UBS optimis reli ini belum berakhir, dengan target harga emas mencapai US$ 4.500 - US$ 4.900 di masa depan.













