Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BUENOS AIRES. Andreina Pirrone meninggalkan Venezuela enam tahun lalu. Pada waktu itu, Venezuela mengalami krisis kemanusuaan terburuk di sepanjang masa. Pilihan negara tujuannya adalah Argentina. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, namun dia saat itu yakin bahwa segalanya akan jauh lebih baik.
Melansir Reuters, Pirrone, seorang karyawan pabrik pasta di Bueonos Aires, saat ini merasakan deja vu seiring terjadinya krisis ekonomi akut di Argentina. Saat ini, tingkat inflasi Argentina meroket di atas 50%. Selain itu, nilai tukar mata uang peso anjlok di tengah kecemasan akan krisis.
Baca Juga: Krisis akut Argentina: Jutaan warga tak bisa membeli makanan pokok
Kejadian yang dialami Argentina ini sudah dialami sebelumnya oleb Venezuela. Kedua negara ini memang bertetangga. Tak heran saat krisis melanda, banyak warga Venezuela yang mengadu nasib ke Argentina untuk menghindari naiknya angka kemiskinan, inflasi yang menggila, dan ketatnya kontrol mata uang dana bahan pangan.
"Ini bukan sesuatu hal yang ingin saya lalui lagi. Saya sudah bekerja dengan sangat keras untuk mengeluarkan keluarga saya dari sana. Dan sekarang, saya haris membawa mereka kembali ke situasi yang sama buruknya," kata Pirrone, yang ibu dan kakaknya juga ikut bersamanya di Argentina seperti dikutip Reuters.
Menurutnya, meninggalkan Argentina sangat rumit. Namun hal itu menjadi pertimbangannya jika keadaan semakin memburuk, khususnya dengan adanya perubahan pemerintahan pada akhir tahun ini.
"Saya tidak meninggalkan Venezuela untuk jatuh lagi ke pemerintahan yang sama, jadi ya, saya akan pergi," katanya.
Baca Juga: Trending topic: Warga Argentina serbu bank, Heboh KKN Desa Penari
Presiden Argentina Mauricio Macri mendapat hantaman keras dalam pemilihan umum awal pada Agustus. Sehingga sangat mungkin pemilihan presiden pada Oktober mendatang akan dimenangkan oleh pihak oposisi, yang mencakup mantan presiden Cristina Fernandez de Kirchner.
Argentina, yang merupakan negara ke-4 yang menjadi tujuan migran Venezuela, telah mengalami resesi dan krisis ekonomi akut sejak tahun lalu. Hasil utama pemilihan umum yang mengejutkan memicu kejatuhan pasar finansial lebih lanjut. Nilai tukar peso, misalnya, kehilangan lebih dari seperempat terhadap dollar AS sepanjang Agustus.
Sebagai tanggapan, Macri meluncurkan rencana untuk menunda pembayaran utang dan menerapkan kontrol modal untuk melindungi peso. Bagi sebagian ekspatriat Venezuela, hal itu mengingatkan tentang rumah mereka, yang nilai tukar mata uangnya telah lama berada di bawah kendali. Banyak pihak yang menuding hal ini sebagai akar penyebab utama kelesuan ekonomi negara.
Baca Juga: IMF dituding ada di balik krisis akut ekonomi Argentina (1)
"Sungguh, hal pertama yang Anda pikirkan adalah pergi," kata Alejandro Dugarte, seorang karyawan di sebuah perusahaan pembayaran digital di Buenos Aires, yang meninggalkan Venezuela tiga tahun lalu.
“Kami sudah menjalaninya. Hidup seperti itu lagi bukan rencana saya,” katanya kepada Reuters.
Surga vs Kekacauan
Dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 4,3 juta orang Venezuela melarikan diri dari keruntuhan ekonomi di negara asal mereka yang telah memicu krisis kemanusiaan dan kekurangan makanan dan obat-obatan. Sebagian besar dari mereka tersebar di Amerika Selatan.
Suara musik salsa Venezuela dan aroma panggang kue arepa sudah sangat akrab bagi kota-kota di seluruh wilayah Argentina, termasuk Buenos Aires. Hampir 650.000 migran Venezuela yang terdaftar telah menetap di Argentina dalam beberapa tahun terakhir.
Juan Jose Granados Hernandez mengatakan, dia menjual telur di peternakan ayahnya di Venezuela sampai uang itu tidak lagi digunakan untuk memberi makan semua orang di rumah. Sekarang, ia adalah pengendara sepeda pengiriman untuk aplikasi berdasarkan permintaan, Rappi dan Glovo, di Buenos Aires.
“Venezuela benar-benar dalam kekacauan. Di sini, kami masih merasakan surga dibandingkan dengan Venezuela," katanya.
Pergolakan politik yang terjadi di Argentina beberapa waktu terakhir, telah membuat sebagian warga Venezuela ketakutan. Fernandez de Kirchner, kandidat oposisi wakil presiden yang memimpin negara itu antara 2007-2015, pernah menjadi sekutu ideologis Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Baca Juga: IMF dituding ada di balik krisis akut ekonomi Argentina (2)
Pasangannya, Alberto Fernandez, telah mengkritik tuntutan warga Venezuela kepada Maduro untuk mundur. Dia mengatakan, jika terpilih, ia akan bergabung dengan Meksiko dan Uruguay dalam mempromosikan perundingan antara Maduro dan oposisi.
Itu akan mewakili perubahan kebijakan besar yang akan mengakhiri kritik keras terhadap Maduro di bawah Macri yang sudah berlangsung selama hampir empat tahun.
Maduro menyalahkan kesengsaraan ekonomi Venezuela atas sanksi AS dan mengatakan kondisi itu telah mendorong warga Venezuela untuk mencoba peruntungan mereka di negara-negara lain. Akan tetapi, sejauh mana krisis yang dialami dan berapa jumlah migran telah dilebih-lebihkan.
Baca Juga: Cadangan devisa semakin mengering, ini yang dilakukan pemerintah Argentina
Rakyat Venezuela khawatir akan kembali ke kebijakan kiri Fernandez de Kirchner karena mereka memiliki "ketakutan dan teror terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan sosialisme," kata Sofia Nunes, seorang jurnalis Venezuela yang telah tinggal di Argentina selama lima tahun dan bekerja untuk berita lokal situs Urgente24. Dia muncul di televisi Argentina mengkritik situasi di Venezuela.
Sofia bilang dirinya telah berbicara dengan teman-temannya tentang rencana meninggalkan Argentina, tetapi tidak dapat membayangkan membangun kembali hidupnya lagi.
"Di mana aku akan pergi? Untuk menderita lagi, di mana?” katanya kepada Reuters.