Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Perpecahan Internal di Taiwan
Oposisi Taiwan memperingatkan bahwa negara tersebut justru bisa terseret lebih jauh dalam konfrontasi Jepang–China.
Ketua Partai oposisi Kuomintang (KMT) Cheng Li-wun menuduh Lai memperburuk ketegangan dan menyebut pernyataannya sebagai tindakan yang “tanpa diragukan lagi memperkeruh situasi” di tengah kondisi geopolitik yang sensitif. Ia menambahkan, pemimpin seharusnya menunjukkan “kehati-hatian dan pengendalian diri, bukan dipandu ideologi”.
Cheng mengatakan sejak menjabat bulan ini, ia telah berbicara dengan perwakilan AS, Jepang, Jerman, Inggris, dan Singapura, yang menurutnya sepakat bahwa Selat Taiwan membutuhkan “perdamaian, bukan konfrontasi”.
“Jika Taiwan aman, Jepang juga aman,” ujarnya, menambahkan bahwa stabilitas lintas selat adalah landasan keamanan regional.
Masalah lintas selat harus ditangani melalui dialog, bukan eskalasi, tegasnya, seraya menilai Taiwan memerlukan pemerintahan yang mampu menurunkan tensi, bukan “manuver politik yang tidak membantu menjaga perdamaian”.
Saran Ayunan Diplomatik
Yen Chen-shen, profesor hubungan internasional di Universitas Chengchi Nasional Taipei, mengatakan Taiwan sebaiknya “secara tertutup meminta Jepang menyesuaikan retorikanya”, mengingat kecemasan masyarakat Taiwan selalu meningkat ketika ada gesekan antara kekuatan besar yang terkait keamanan Taiwan.
Menurutnya, Taiwan tak bisa banyak melakukan tindakan selain menyerukan kedua pihak untuk “menahan diri”.
Ia juga menilai Presiden AS Donald Trump tampaknya tidak terlalu khawatir mengenai ketegangan Tokyo-Beijing.
Tonton: Taiwan Larang Konsumsi Indomie Soto Banjar Lantaran Mengandung Etilen Oksida
Saat ditanya mengenai pernyataan Takaichi dalam wawancara dengan Fox News, Trump menjawab:
“Banyak dari sekutu kita sebenarnya juga bukan teman. Sekutu-sekutu kita justru lebih banyak mengambil keuntungan dari perdagangan kita dibandingkan China.”
Kesimpulan
Pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi memicu lonjakan tensi geopolitik antara Jepang dan China, dan Taiwan kini berada di tengah pusaran pertarungan diplomatik tersebut. Pemerintah Taiwan mendukung Tokyo, tetapi perpecahan politik internal dan reaksi keras Beijing meningkatkan risiko bahwa Taiwan menjadi pemicu eskalasi regional. Situasi ini memperlihatkan betapa sensitifnya isu Taiwan bagi keseimbangan kekuatan di Indo-Pasifik, terutama ketika kepentingan Jepang, China, dan AS saling beririsan.













