kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.287.000   27.000   1,19%
  • USD/IDR 16.737   2,00   0,01%
  • IDX 8.329   10,88   0,13%
  • KOMPAS100 1.162   2,22   0,19%
  • LQ45 848   1,61   0,19%
  • ISSI 288   1,32   0,46%
  • IDX30 444   -1,50   -0,34%
  • IDXHIDIV20 511   -0,90   -0,18%
  • IDX80 131   0,26   0,20%
  • IDXV30 136   -0,20   -0,15%
  • IDXQ30 141   -0,53   -0,37%

Krisis Politik Meluas, AS Pangkas 10% Penerbangan di 40 Bandara


Kamis, 06 November 2025 / 10:23 WIB
Krisis Politik Meluas, AS Pangkas 10% Penerbangan di 40 Bandara
Sebuah pesawat komersial terbang melewati Monumen Washington selama penutupan sebagian pemerintahan di Washington, D.C., AS, 2 Oktober 2025. REUTERS/Nathan Howard


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintah Amerika Serikat memerintahkan pengurangan 10% penerbangan di 40 bandara utama di seluruh negeri akibat krisis penutupan pemerintahan (government shutdown) yang telah berlangsung hingga hari ke-36—terlama dalam sejarah AS.

Menteri Transportasi Sean Duffy mengumumkan kebijakan itu pada Rabu (5/11/2025), dengan alasan keselamatan penerbangan yang terancam karena kekurangan pengendali lalu lintas udara. 

Langkah mendadak ini memaksa maskapai untuk memangkas jadwal dalam waktu hanya 36 jam, sementara ribuan penumpang langsung membanjiri layanan pelanggan maskapai untuk mencari kepastian perjalanan mereka.

Duffy menegaskan pemangkasan bisa dibatalkan jika Partai Demokrat bersedia menyetujui pembukaan kembali pemerintahan. “Tugas kami adalah memastikan keselamatan ruang udara. Dan itu berarti membuat keputusan sulit demi keamanan,” ujarnya.

Baca Juga: Kritik Trump, Obama Sebut AS Hadapi Krisis Politik Pasca-Pembunuhan Charlie Kirk

Penutupan pemerintahan ini membuat sekitar 13.000 pengendali lalu lintas udara dan 50.000 petugas keamanan transportasi (TSA) harus tetap bekerja tanpa digaji. Kondisi itu memperparah kekurangan personel yang sudah terjadi jauh sebelum krisis dimulai.

Menurut data otoritas penerbangan AS (FAA), kapasitas di bandara-bandara besar akan dikurangi bertahap: mulai 4% pada Kamis, 5% pada Sabtu, 6% pada Minggu, hingga mencapai 10% pekan depan. Penerbangan internasional akan dikecualikan dari kebijakan ini.

Administrator FAA Bryan Bedford mengatakan pengurangan ini dilakukan untuk menjaga keselamatan sistem penerbangan. “Kami melihat tekanan besar di 40 pasar utama. Kami harus bertindak sekarang agar sistem tetap aman hari ini dan besok,” ujarnya.

Meski belum diumumkan secara resmi, pengurangan diyakini akan mencakup 30 bandara tersibuk di AS seperti New York, Washington D.C., Chicago, Atlanta, Los Angeles, dan Dallas. Berdasarkan analisis firma Cirium, langkah ini bisa memangkas hingga 1.800 penerbangan dan 268.000 kursi penumpang.

Baca Juga: AS Pangkas 10% Penerbangan di 40 Bandara Akibat Krisis Pengendali Lalu Lintas Udara

FAA juga memperingatkan kemungkinan pembatasan tambahan jika situasi memburuk. Duffy bahkan memperingatkan bahwa jika penutupan berlanjut, sebagian wilayah udara nasional bisa ditutup sepenuhnya.

Maskapai Bersiap Hadapi Dampak

Maskapai besar seperti United Airlines dan American Airlines langsung menyesuaikan jadwal penerbangan mereka. CEO United Airlines Scott Kirby mengatakan pengurangan akan difokuskan pada rute domestik non-hub dan penerbangan regional, sementara rute internasional dan antar-hub tidak akan terpengaruh.

Kirby juga menegaskan kebijakan refund fleksibel bagi penumpang. “Setiap pelanggan yang tidak ingin terbang selama periode ini berhak mendapat pengembalian dana penuh, bahkan jika penerbangannya tidak dibatalkan,” ujarnya.

Baca Juga: Krisis Politik Belanda: Apa yang Akan Terjadi Setelah Pemerintahan Runtuh?

American Airlines menyampaikan bahwa gangguan bagi pelanggan akan minim, sementara Southwest Airlines masih mengevaluasi dampaknya dan meminta pemerintah segera mengakhiri kebuntuan politik.

Asosiasi Pramugari Penerbangan (AFA-CWA) menyebut situasi ini sebagai “serangan kejam terhadap rakyat Amerika”. Presiden AFA-CWA, Sara Nelson, menilai narasi bahwa shutdown hanya soal pilihan antara membayar pegawai federal atau mempertahankan subsidi kesehatan adalah “palsu dan menyesatkan”.

Krisis Politik dan Ekonomi

Penutupan pemerintahan ini berawal sejak 1 Oktober akibat kebuntuan politik antara Partai Republik dan Demokrat dalam menyetujui rancangan anggaran. Demokrat menolak usulan yang tidak memperpanjang subsidi asuransi kesehatan, sementara Republik menolak tuntutan itu.

Akibatnya, sekitar 750.000 pegawai federal diliburkan tanpa gaji dan berbagai layanan publik ditutup. Banyak warga berpenghasilan rendah kehilangan bantuan pangan.

Baca Juga: Pemerintahan Prancis Kolaps dalam 14 Jam, Krisis Politik Kian Dalam

Kondisi ini mulai memukul sektor penerbangan. Hingga Rabu, lebih dari 2.100 penerbangan mengalami keterlambatan, sementara saham maskapai besar seperti United dan American Airlines turun sekitar 1% pada perdagangan setelah jam bursa.

Meski maskapai menyebut bisnis mereka belum terganggu signifikan, mereka khawatir pemesanan tiket akan turun jika kebuntuan politik ini terus berlanjut.

Selanjutnya: Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025

Menarik Dibaca: Makan Siang Berdua Pakai Promo Pizza Hut My Box Duo Saja, Bebas Mix & Match Menu




TERBARU

[X]
×