Sumber: CNBC | Editor: Mesti Sinaga
Negara kaya minyak Qatar selalu menjadi pilihan yang meragukan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia. Kini, pelaksanaan ajang tertinggi kompetisi sepakbola dunia di tahun 2022 di negara itu terancam setelah beberapa tetangga Timur Tengah secara tiba-tiba memutuskan hubungan diplomatik dan menutup perbatasannya dengan Qatar.
Mesir, Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Yaman mengumumkan pemutusahn hubungan tersebut Senin (5/6/2017) karena kekhawatiran Qatar telah mendukung Hamas dan Ikhwanul Muslimin.
Sebelumnya, pemilihan Qatar sebagi tuan rumah Piala Dunia sudah menuai masalah. Seperti diketahui, Qatar merupakan daerah gurun, dan di bulan Juli, suhu di Qatar sangat panas, sekitar 106 derajat. Untuk mengakomodasi Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia, FIFA pun memindahkan acara musim panas ke musim dingin. Ini membuat FIFA sempat dituduh telah menerima suap (namun tuduhan korupsi tersebut telah ditolak).
Sementara Amnesty International dan kelompok advokasi lainnya menuduh terjadi pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran terhadap pekerja migran yang membangun stadion dan infrastruktur yang diperlukan untuk turnamen tersebut.
Nah, pertikaian Qatar dengan tetangga-tetangganya yang kini meruyak, menjadi ancaman lebih serius bagi kemampuan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Panitia tertinggi pelaksanaan Piala Dunia Qatar belum berkomentar. Namun sumber Guardian mengakui bahwa tingkat keseriusanan krisis hubungan dengan negara tetangga ini lebih besar daripada tantangan yang dihadapi Qatar sejak memenangkan pemungutan suara pada 2010 dari komite eksekutif FIFA yang sekarang didiskreditkan.
Qatar memang merupakan negara terkaya di dunia dari sisi pendapatan per kapita. Namun seperti disampaikan Kristian Ulrichsen, analis Teluk dari Rice University di Houston, kepada Reuters, blokade baru ini merupakan isu utama yang terus berlangsung, akan mendatangkan malapetaka pada persiapan dan pelaksaaan Piala Dunia.
Sebagian besar impor makanan yang masuk ke Qatar tiba melalui pintu gerbang darat yang berbatasan langsung dengan Arab Saudi yang sekarang ditutup. Hal ini memicu banyak warga memadati dan memborong isi toko kelontong pada Senin (5/6/2017).
Sebagian besar wilayah udara kini juga ditutup untuk Qatar, menyisakan rute di atas Iran sebagai pilihan terbaik bagi maskapai nasional Qatar Airways, yang akan memakan waktu penerbangan dan kerumitan yang signifikan. (Qatar Airways baru saja diumumkan sebagai sponsor FIFA)
Nasser Al-Khater, Asisten Sekretaris Jenderal Urusan Turnamen untuk Supreme Committee for Delivery & Legacy, pernah mengatakan, 1,3 juta orang akan datang ke Doha untuk menyaksikan Piala Dunia 2022. Mayoritas akan datang dari negara-negara Teluk, terutama dari Arab Saudi. Namun, kini ada masalah pelik. Begitu banyak poin penjualan perdana Qatar sebagai "Salah satu negara paling stabil di Timur Tengah," kata Ulrichsen, kepada AFP.
Sementara FIFA hanya mengatakan, badan tersebut "melakukan kontak reguler" dengan komite Qatar terkait.
Dalam sebuah pernyataan, Reinhard Grindel, Presiden Federasi Sepakbola Jerman dan anggota dewan FIFA, mengatakan, kelompoknya akan membahas perkembangan terbaru, kondisi politik yang kompleks di kawasan tersebut. Dia menekankan, pelaksaan kompetisi sepakbola paling bergengsi se-planet Bumi itu tinggal 5 tahun lagi.
"Selama ini prioritas harus diberikan pada solusi politik daripada ancaman pemboikotan," kata Grindel. "Tapi satu hal yang jelas, komunitas sepak bola di seluruh dunia harus setuju bahwa... turnamen besar tidak boleh dimainkan di negara-negara yang secara aktif mendukung teror."
Sementara itu, dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Qatar mengklaim sebagai korban sebuah konspirasi palsu: "Negara Qatar telah mengalami kampanye kebohongan yang telah mencapai tahap fabrikasi yang lengkap. Ini mengungkapkan rencana tersembunyi untuk merusak negara Qatar."
FIFA, yang telah mengakui korupsi oleh pejabatnya dalam dokumen pengadilan, diragukan akan membela integritas turnamennya. Namun, beberapa rintangan logistik, seperti ketidakmampuan mendapatkan pasokan konstruksi dan hambatan hadirnya penggemar menyaksikan pertandingan, mungkin akan memaksa mereka bertindak. Apa lagi, ada beberapa negara yang memiliki stadion siap pakai yang bisa menjadi tuan rumah turnamen sekelas Piala Dunia.
"Qatar akan tahu, ada beberapa alternatif di luarnya," kata Ulrichsen kepada AFP, "Jadi mereka akan melihat dari balik bahu mereka."