Sumber: Bloomber | Editor: Dessy Rosalina
TOKYO. Di tengah bayang-bayang deflasi, emiten Jepang menutup kuartal III kemarin dengan sumringah. Total laba perusahaan yang terdaftar di bursa Jepang meloncat dua kali lipat. Catatan Bloomberg, emiten Jepang berhasil mengumpulkan laba senilai total ¥ 5,5 triliun selama kuartal III lalu. Jumlah ini melompat dobel dibandingkan periode sama di tahun 2012, yang sebesar ¥ 2,25 triliun.
Laba 1.280 emiten Jepang kuartal III merupakan prestasi tertinggi dalam sejak tahun 2007 lalu. Rapor ini sekaligus kenaikan terbesar sejak tahun 2010. Kontributor utama kenaikan pundi-pundi laba emiten Jepang adalah efisiensi. Strategi yang ditempuh seperti relokasi pabrik dan pemangkasan pekerja (PHK).
Misalnya saja Panasonic Corp. Laba kuartal III 2013 perusahaan elektronik ini melambung menjadi ¥ 61,5 miliar dari sebelumnya rugibersih ¥ 698 miliar. Panasonic sukses meraih laba gemuk pasca mem-PHK 71.000 pekerja. Kazuhiro Tsuga, CEO Panasonic juga merombak wajah bisnis.
Sejak menduduki kursi CEO pada Juni 2012, Tsuga menutup unit usaha smartphone dan panel plasma. Alasannya, dua unit ini merugi. Toyota Motor Corp juga berhasil meraih rapor kinclong. Di akhir September kemarin, laba produsen otomotif terbesar di Jepang ini meloncat 70% menjadi ¥ 438 miliar.
Ini adalah upaya Toyota untuk menghemat, di tengah pelambatan permintaan otomotif. Prestasi kinerja lantas memicu Toyota dan Panasonic merevisi target laba.
Merevisi target
Hingga akhir Maret 2014, Toyota optimistis bisa membukukan laba ¥ 1,67 triliun atau naik 13% dari target sebelumnya. Efisiensi juga membuat Panasonic percaya diri untuk mengerek target laba tahun fiskal 2014. Di akhir Maret 2014, Panasonic optimistis bisa meraih laba sekitar ¥ 270 miliar dari target sebelumnya ¥ 250 miliar.
Tetsuro Sugiura, Ekonom Mizuho Research Institute, menilai upaya korporasi menerapkan efisiensi akan lebih berdampak pada pertumbuhan perusahaan di jangka panjang. Selama ini, perusahaan Jepang bergantung dari pelemahan mata uang yen terhadap dollar Amerika Serikat (AS). “Persaingan global memaksa emiten Jepang menghemat. Langkah ini terlambat dibandingkan negara lain," ujar Sugiura, seperti dikutip Bloomberg, kemarin.
Di masa mendatang, bayang-bayang pelambatan ekonomi masih menghadang emiten Jepang. Sebab, produk domestik bruto (PDB) Jepang naik 1,9% di kuartal III. Angka ini melambat dari kuartal II yang tumbuh 3,8%.