Sumber: Forbes | Editor: Noverius Laoli
Langkah Ellison juga sejalan dengan Mark Zuckerberg dan Priscilla Chan lewat Chan Zuckerberg Initiative yang berfokus pada riset ilmiah dan infrastruktur teknologi, bukan lagi hibah sosial berskala kecil.
Filantropi gaya baru ini tampak makin menyatu dengan strategi industri: uang tetap masuk melalui kendaraan amal, tetapi diarahkan untuk membangun perusahaan dan platform yang berada dalam kendali sang miliarder.
Arah baru ini memunculkan pertanyaan besar: jika miliaran dolar digelontorkan untuk mengakuisisi dan mengendalikan media, siapa yang menentukan manfaat publiknya?
Baca Juga: Larry Ellison Ikut Jamin Tawaran Paramount US$ 108,4 Miliar Akuisisi Warner Bros
Apakah tujuan sosial tetap lebih penting daripada strategi bisnis, atau justru sebaliknya?
Bagi Ellison, membangun ekosistem hiburan yang lebih kuat dan berbasis teknologi diyakini lebih berdampak daripada mendukung ribuan organisasi sekaligus.
Pilihan itu mungkin akan dinilai sebagai langkah bisnis visioner, keberanian seorang ayah pada ambisi anaknya, atau eksperimen besar dalam mencetak warisan baru.
Namun satu hal sudah jelas: di era baru para miliarder, memberi bukan lagi tentang melepas kekayaan, tapi tentang memastikan pengaruh mereka terus tertanam di sistem yang mereka bangun. Filantropi tak lagi berada di halaman belakang bisnis. Ia kini turut menentukan arah kapitalisme itu sendiri.













