Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada hari jadi ASEAN ke-53, Menteri Luar Negeri ASEAN mengeluarkan pernyataan bersama yang menegaskan komitmen untuk terus menjadi lokomotif bagi perdamaian, keamanan dan kesejahteraan. Bukan cuma di kawasan Asia Tenggara juga wilayah lebih luas di Indo-Pasifik.
Pernyataan bersama Menteri Luar Negeri ASEAN tersebut untuk menyikapi peningkatan dinamika dan perubahan geo-politik kawasan dan global yang bisa berdampak pada perdamaian, stabilitas, dan keamanan di Kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.
Pernyataan bersama Menteri Luar Negeri ASEAN juga keluar di tengah ketegangan yang meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China di Laut China Selatan.
Mengutip siaran pers Kementerian Luar Negeri, Minggu (9/8), dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri ASEAN menyampaikan delapan poin utama:
Baca Juga: Di Laut China Selatan, Malaysia tak ingin terseret dalam pergolakan negara adidaya
- Menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang damai, aman, netral, dan stabil.
- ASEAN tetap bersatu, kohesif, dan miliki ketahanan dalam memajukan prinsip-prinsip dalam ASEAN Charter.
- Pentingnya menjaga semua prinsip yang tertera dalam TAC (Treaty of Amity and Cooperation), ZOPFAN ( The Zone of Peace, Freedom and Neutrality ), dan Bali Principles.
- Meminta semua pihak untuk menahan diri dari aktivitas yang dapat meningkatkan eskalasi di kawasan.
- Meminta agar terus dibangun strategic trust di kawasan dengan cara-cara damai melalui dialog dan kerjasama.
- Menegaskan sentralitas ASEAN dan melanjutkan kerjasama dengan mitra ASEAN melalui ASEAN-led mechanism.
- Menegaskan prinsip yang ada dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pasifik (AOIP).
- Menegaskan dukungan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme sesuai Piagam PBB.
"Pernyataan ini diusulkan Indonesia dan dikembangkan serta diperkuat oleh negara ASEAN melalui proses pembahasan yang matang," kata Kementerian Luar Negeri.
Baca Juga: Di tengah ketegangan di Laut China Selatan, AS dan Thailand gelar latihan militer
Untuk menyelesaikan masalah Laut China Selatan dengan Tiongkok, ASEAN tetap bersatu sebagai satu blok
Sejak akhir Juli lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi secara intensif melakukan komunikasi dengan seluruh Menter Luar Negeri ASEAN membahas perkembangan terakhir di kawasan.
Retno juga mengajak negara ASEAN terus berkomitmen untuk menjadikan Asia Tenggara sebagai kawasan damai, bebas dan netral sesuai prinsip dalam Deklarasi ZOPFAN dan TAC.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, sengketa Laut China Selatan tidak dapat digunakan sebagai masalah yang akan menyebabkan perpecahan antara negara-negara anggota ASEAN.
"Saat menghadapi kekuatan super besar, kita harus bersatu, sebagai satu blok, sehingga kekuatan kita akan disinergikan secara efektif,” tegasnya seperti dikutip Channelnewsasia.com.
Baca Juga: Masalah Laut China Selatan dengan Tiongkok, Malaysia: Solidaritas ASEAN harus kuat
Hishammuddin mencatat, sengketa wilayah Malaysia di Laut China Selatan tidak hanya dengan China. Tetapi, ada juga "klaim yang tumpang tindih" dengan sesama negara ASEAN, seperti Filipina, Vietnam, dan Brunei.
“Jika ASEAN pecah, dan Malaysia sendiri tidak mampu melawan AS dan China, peluang terbaik kami adalah jika ASEAN tetap solid," katanya.
"Untuk menyelesaikan masalah Laut China Selatan dengan Tiongkok, kita harus memastikan bahwa solidaritas ASEAN kuat dan kita tetap bersatu sebagai satu blok,” ujar dia.