Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pemanasan global itu nyata. Buktinya, suhu rata-rata di perairan pesisir China naik untuk tahun kedua berturut-turut pada tahun 2024 mencapai rekor 21,50 derajat Celcius (70,7 derajat Fahrenheit). Suhu ini yang merupakan terpanas di dunia sejak pencatatan dimulai.
China menggambarkan dirinya sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap iklim di dunia, dan berada di bawah tekanan yang meningkat untuk beradaptasi dengan pola cuaca yang berubah cepat dan permukaan laut yang naik lebih cepat daripada rata-rata global.
Negara ini menghadapi banyak peristiwa cuaca ekstrem tahun lalu, mulai dari perjalanan hebat Topan Super Yagi melintasi Hainan selatan pada bulan September hingga badai terkuat yang melanda Shanghai sejak 1949.
Baca Juga: 2024: Tahun Terpanas dalam Sejarah, Peringatan Darurat untuk Masa Depan
Seperti dikutip Reuters, Selasa (14/1), suhu permukaan laut tahunan rata-rata meningkat 0,15 C selama tahun 2023 dan 1,16 C, di atas apa yang disebut rata-rata tahun normal dari tahun 1981 hingga 2010, kata Pusat Prakiraan Lingkungan Laut Nasional Tiongkok di akun WeChat resminya pada 10 Januari.
Pemanasan laut akan menyebabkan "peristiwa cuaca dan iklim ekstrem yang sering terjadi". Ini mengancam mata pencaharian.
"Pemanasan laut berkontribusi pada sepertiga kenaikan permukaan laut global, dan daerah pesisir dan dataran rendah menghadapi risiko yang semakin serius terkait dengan kenaikan permukaan laut, seperti erosi lahan," sebut Pusat Prakiraan Lingkungan Laut Nasional China.
Baca Juga: Mengapa Trump Sangat Menginginkan Greenland dan Terusan Panama?
Kantor tersebut mengatakan akan "memantau secara ketat" suhu laut global pada tahun 2025.
Suhu global pada tahun 2024 melebihi 1,5 C di atas era pra-industri untuk pertama kalinya, membuat dunia lebih dekat untuk melanggar janji yang dibuat pemerintah di bawah perjanjian iklim Paris 2015, kata para ilmuwan pada hari Jumat.