kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.123.000   1.000   0,05%
  • USD/IDR 16.630   6,00   0,04%
  • IDX 8.033   -17,77   -0,22%
  • KOMPAS100 1.119   -4,44   -0,40%
  • LQ45 805   -4,65   -0,57%
  • ISSI 279   0,00   0,00%
  • IDX30 422   -0,49   -0,12%
  • IDXHIDIV20 483   -2,32   -0,48%
  • IDX80 123   -0,50   -0,41%
  • IDXV30 132   -0,42   -0,31%
  • IDXQ30 134   -0,79   -0,58%

Lucy Guo: Dropout yang Jadi Triliuner, Tetap Sarankan Kuliah Minimal Setahun


Senin, 22 September 2025 / 09:38 WIB
Diperbarui Senin, 22 September 2025 / 09:39 WIB
Lucy Guo: Dropout yang Jadi Triliuner, Tetap Sarankan Kuliah Minimal Setahun
ILUSTRASI. Lucy Guo, pendiri sekaligus mantan petinggi Scale AI. Banyak triliuner sukses yang tidak menamatkan kuliah, mulai dari Bill Gates hingga Mark Zuckerberg. Lucy Guo, masuk ke dalam daftar tersebut.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Banyak triliuner sukses yang tidak menamatkan kuliah, mulai dari Bill Gates hingga Mark Zuckerberg. Kini, Lucy Guo, pengusaha teknologi berusia 30 tahun, masuk ke dalam daftar tersebut.

Guo, pendiri perusahaan berbasis di California, dinobatkan Forbes sebagai triliuner muda termuda pada Juni lalu dengan kekayaan mencapai US$ 1,25 miliar. Status itu diraih setelah perusahaan pertamanya, Scale AI, diakuisisi raksasa teknologi Meta dengan valuasi US$ 29 miliar.

Saat ini, ia mengelola Passes, platform monetisasi kreator konten yang diluncurkan pada 2022. Meski sukses besar, perjalanan Guo tidak mengikuti jalur pendidikan formal hingga tuntas.

Guo pernah menempuh studi ilmu komputer dan interaksi manusia-komputer di Carnegie Mellon University, Pennsylvania. Namun, ia memutuskan keluar setelah dua tahun, padahal hanya tersisa satu tahun dan delapan mata kuliah sebelum lulus.

Baca Juga: Dari Kartu Pokémon ke Triliuner, Kisah Inspiratif Lucy Guo Bangun Kerajaan Teknologi

Keputusan ini mengejutkan orang tuanya yang merupakan imigran dari China. “Bagi mereka, pendidikan adalah segalanya. Jadi, ketika saya berhenti kuliah padahal hampir selesai, itu terasa seperti tamparan bagi mereka,” kata Guo.

Guo kemudian memilih bergabung dengan Thiel Fellowship, program yang digagas triliuner Peter Thiel. Program ini memberi dana US$ 200.000 bagi anak muda untuk membangun perusahaan inovatif. 

“Bagi saya, itu bukan berarti saya tidak menghargai orang tua, tapi lebih pada bertaruh pada diri sendiri,” ujarnya seperti dilansir dari CNBC Internasional, Senin (22/9/2025).

Meski drop out, Guo tetap menilai ada keuntungan dari dunia kampus, terutama dalam hal membangun jaringan.

Menurutnya, satu hingga dua tahun di perguruan tinggi bisa sangat berharga. 

Baca Juga: Dedikasi Ekstrem Triliuner Muda Lucy Guo dan Budaya Kerja Intens di Dunia Teknologi

“Anda akan bertemu teman-teman terbaik dan orang-orang paling cerdas di sana. Tidak ada tempat lain yang menyatukan begitu banyak orang pintar yang juga sedang mencari teman,” ujarnya.

Selain pertemanan, kampus juga bisa menjadi tempat terbaik untuk mencari calon karyawan di masa depan. 

“Kenali teman-teman paling pintar Anda, jadilah dekat dengan mereka. Mungkin suatu saat mereka akan menjadi tim terbaik yang bisa Anda rekrut,” tambah Guo.

Selain dari kampus, Guo juga merasakan manfaat besar dari lingkungannya di Thiel Fellowship. Ia menyebut program ini membuatnya percaya diri untuk membangun perusahaan rintisan berkelas dunia.

Baca Juga: Jadi Triliuner di Usia 30 Tahun, Lucy Guo Kerja Keras dari Pagi Hingga Larut Malam

“Untuk membangun perusahaan unicorn, Anda harus cukup ‘gila’ untuk percaya bisa melakukannya. Dan keyakinan itu lebih mudah muncul ketika Anda dikelilingi orang-orang yang sudah melakukannya,” katanya.

Banyak alumni Thiel Fellowship yang berhasil menciptakan unicorn, seperti Vitalik Buterin (Ethereum), Dylan Field (Figma), hingga Ritesh Agarwal (Oyo Rooms).

Selanjutnya: Bank Sentral Australia (RBA) Waspada terhadap Risiko Prospek Ekonomi

Menarik Dibaca: Infinix Smart 8 Lengkapi Kamera Utamanya dengan Ring Flashlight! Canggih Banget!




TERBARU

[X]
×