kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mau tahu, 10 raksasa bisnis Paman Sam? Ini dia (1)


Jumat, 13 Juli 2012 / 12:39 WIB
Mau tahu, 10 raksasa bisnis Paman Sam? Ini dia (1)
Rating 3 drama Korea terbaru yang tayang di akhir pekan, Voice 4 hingga Nevertheless.


Reporter: Menur Asri Kuning, Dyah Megasari, Fortune, CNN Money |

NEW YORK. Amerika Serikat (AS) tetap menjadi kiblat bisnis dunia. Meskipun Paman Sam masih terseok-seok menyembuhkan krisis, kiprah perusahaan besar di wilayah ini selalu menarik untuk diikuti. Penilaian peringkat didasarkan pada kinerja perusahaan tahun 2011.

Siapa saja 10 besar perusahaan raksasa di AS? Fortune Magazine AS, mengurutkannya dengan sejumlah penilaian. Di antaranya adalah rencana bisnis perusahaan dan kinerja usahanya.

1. Exxon Mobil

Peringkat sebelumnya: 2
CEO : Rex W.Tillerson

Sangat sulit untuk mengalahkan manuver Exxon Mobil pada tahun 2011. Saham perusahaan ini melonjak hingga 20% disertai peningkatan keuntungan hingga 35% menjadi 41,1 miliar dalam US$ . Kenaikan tersebut sekaligus mengerek untung bersih Exxon sebanyak 28% menjadi US$ 452,9 miliar. Atas dasar penilaian inilah, Exxon berhasil menempati posisi teratas dalam Fortune 500, sekaligus menggeser peringkat Wal-Mart.

Perusahaan, memperoleh keuntungan dari kenaikan harga minyak, khususnya pada kuartal terakhir tahun 2011. Tetapi Exxon juga telah memosisikan diri dengan baik untuk memanfaatkan tren terbaru yang kontroversial dalam produksi energi dalam negeri : Fracking yang merupakan sebuah teknik pengeboran minyak yang dikhawatirkan merusak lingkungan.

Selain fokus di eksplorasi minyak, Exxon juga telah menggenjot memproduksi gas. Di mana, banyaknya hampir sama dengan minyak. Hal tersebut ditopang oleh akuisisi XTO Energi senilai US$ 35 miliar pada tahun 2010.

CEO Exxon, Rex W.Tillerson mengungkapkan pada Fortune bahwa permintaan energi akan terus meningkat hingga dekade mendatang.

2. Wal-Mart Stores

Peringkat sebelumnya: 2
CEO: Michael T. Duke

Pada tahun 2011, Wal-Mart tergelincir di posisi kedua setelah sempat mencapai posisi prestisius yakni peringkat pertama selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan ritel terbesar di AS ini terpaksa memberikan diskon besar-besaran untuk menggenjot penjualan di dalam negeri. Hal tersebut dilakukan agar bisa menggenjot pendapatan hingga 6% pada tahun 2011 yaitu US$ 447 miliar. Namun, keputusan itu justru membuat laba Wal-Mart tergerus 4,6% menjadi US$ 15,7 miliar.

Pengecer-pengecer terbesar di dunia memang tengah berjuang keras untuk mempertahankan kenaikan pendapatan di AS, walaupun pertumbuhan ekonomi Paman Sam mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Pasalnya, meskipun tingkat pengangguran telah menurun, pasar perumahan atau bisnis perumahan stabil, minat belanja konsumen belum merefleksikan sikap baru dari kebanyakan orang Amerika.

Wal-Mart justru berkibar di luar negeri. Buktinya, pendapatan di luar AS meningkat sebesar 13,1% tahun lalu menjadi US$ 35,5 miliar. Tapi salah satu pintu kunci pemasukan utama Wal-Mart di Mexico sekarang ini malah terbentur jalan buntu setelah New York Times memaparkan investigasi skandal penyuapan oleh pelaku retail di sana.

3. Chevron

Peringkat sebelumnya: 3
CEO: John S. Watson

Chevron mengakhiri 2011 dengan sebuah catatan : Meskipun harga minyak naik, terdapat penurunan laba terbesar dalam dua tahun. Hal tersebut di karenakan adanya kerugian di bisnis kilang AS.

Namun, perusahaan minyak dan gas kedua terbesar di AS ini berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 25% dalam satu tahun penuh 2011 menjadi US$ 245,6 miliar. Pencapaian itu berhasil membuat laba usaha Chevron melejit 41% ke US$ 26,9 miliar dari tahun sebelumnya.

Chevron memiliki banyak rencana proyek minyak dan gas di beberapa negara seperti, Australia, Africa dan Teluk Meksiko. Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat direalisasikan pada tahun 2014 mendatang.

Chevron juga terus mempekerjakan pengacaranya untuk mendampingi perusahaan dalam kasus yang sedang membelit, di antaranya kasus yang tak kunjung selesai di Ekuador. Saat ini, Chevron sedang memperjuangkan pengajuan permohonan untuk pembayaran denda sebesar US$ 11 miliar untuk kasus minyak yang berada di Brazil akhir tahun lalu. Perusahaan yang sudah ada sejak 1879 ini juga tengah menyelesaikan masalah di Nigeria setelah salah satu proyeknya yakni eksplorasi gas meledak di awal tahun ini.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×