Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Mantan presiden Rusia yang kini menjabat Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, kembali mengkritik pengiriman senjata NATO ke Ukraina. Menurutnya, langkah itu membuat Perang Dunia Ketiga menjadi semakin dekat.
"Barat sudah benar-benar gila, mereka tidak bisa menemukan hal lain. Ini jalan buntu. Perang Dunia Ketiga semakin dekat," kata Medvedev di Telegram pada hari Selasa (11/7), bertepatan dengan hari pertama KTT NATO di Lituania.
Komentar Medvedev itu keluar setelah mendengar kabar bahwa sejumlah negara menjanjikan lebih banyak persenjataan dan dukungan keuangan kepada Ukraina.
Medvedev mengaku tidak gentar dengan langkah itu dan menegaskan bahwa hal itu tidak akan menghalangi Rusia untuk mencapai tujuannya di Ukraina.
Baca Juga: Deklarasi NATO: Masa Depan Ukraina Ada di NATO
"Apa artinya semua ini bagi kita? Semuanya jelas. Operasi militer khusus akan berlanjut dengan tujuan yang sama," kata Medvedev, dikutip Reuters.
Medvedev kini aktif menunjukkan dirinya sebagai pejabat Kremlin yang sangat anti dengan Barat. Banyak diplomat menganggap pemikiran Medvedev mewakili mayoritas elit di Kremlin.
Pada hari Selasa, Medvedev menganjurkan penggunaan cluster bomb atau bom curah setelah mendapat kabar bahwa Ukraina juga mulai menggunakan senjata terlarang itu.
Beberapa waktu lalu AS juga mengumumkan akan memasok Kyiv dengan bom curah melalui paket bantuan militer baru bernilai ratusan juta dolar AS.
Baca Juga: 1.000 Tentara NATO Bersiaga Amankan KTT di Vilnius Dekat Rusia dan Belarusia
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa Moskow akan terpaksa menggunakan senjata serupa jika Amerika Serikat memasok bom curah ke Ukraina.
Bom cluster dilarang oleh lebih dari 120 negara karena jangkauannya yang acak dan bisa membahayakan warga sipil.
Bom jenis ini berbentuk selongsong besar yang di dalamnya terdapat ratusan bom kecil. Bom-bom kecil itu tersebar ketika dijatuhkan dari pesawat dan jatuh di wilayah yang luas.
Dalam beberapa kasus, bom kecil yang jatuh tidak langsung meledak dan berubah menjadi ranjau darat. Banyak dari bom itu baru meledak ketika perang usai dan mengenai warga sipil.