Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WUHAN. Penduduk Kota Wuhan, yang merupakan titik nol pandemi virus corona baru, memiliki emosi beragam, ketika langkah-langkah penguncian pemerintah cabut dan tingkat infeksi komunitas melambat jadi nol.
Pembatasan ketat atas pergerakan orang dan bisnis di Wuhan berlangsung selama hampir dua bulan. Kota berpenduduk 11 juta orang ini menyumbang 60% dari total infeksi di China, yang mencapai 81.518 pada Selasa (31/3).
Wuhan, yang menjadi pusat wabah virus corona, melaporkan tidak ada kasus baru untuk hari ketujuh, ketika bisnis buka kembali dan penduduk mulai mengklaim kembali kehidupan yang lebih normal setelah terkurung.
Beberapa perusahaan telah kembali beroperasi, dan Pemerintah Kota Wuhan akan mulai mengizinkan orang untuk pergi keluar dari Ibu Kota Provinsi Hubei tersebut pada 8 April nanti.
Baca Juga: Kasus corona China melorot tajam, tak ada kasus baru di Wuhan selama 6 hari beruntun
Karyawan yang memakai masker dan sarung tangan menyambut pelanggan di pintu masuk Wuhan International Plaza, rumah bagi butik-butik merek-merek mewah, seperti Cartier dan Louis Vuitton, yang baru buka kembali.
"Wuhan International Plaza sangat representatif (Kota Wuhan)," kata Zhang Yu, warga Wuhan, kepada Reuters. "Jadi, pembukaan kembali (Wuhan International Plaza) benar-benar membuat saya merasa kota ini hidup kembali".
Hanya, seorang pedagang buah bermarga Fang mengatakan, penguncian kota telah merusak mata pencahariannya. "Tentu saja saya takut," ungkapnya kepada Reuters, sambil menunjuk ke dua masker yang dia kenakan.
"Saya tidak menghasilkan uang selama dua bulan terakhir," ujar dia saat mengemas apel yang dia jual ke kompleks perumahan dengan harga grosir.
Baca Juga: Setelah sempat melonjak, China laporkan penurunan kasus corona untuk hari keempat
Fang tak kuasa mengeluarkan air mata ketika dia menggambarkan rencananya untuk melihat anak-anaknya yang sudah kembali ke kampung halamannya setelah Tahun Baru Imlek pada Januari lalu.
Namun, dia tidak bisa segera pulang ke kampung halamannya setelah penguncian berakhir. Soalnya, ia harus tetap berada di Wuhan untuk menjual stok buahnya. "Paling cepat stok mungkin akan habis pada Juni," katanya.