Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Bill Gates punya visi berani: pada 2035, kita mungkin hanya perlu bekerja dua hari dalam seminggu. Semua berkat lompatan besar dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).
Bayangkan sebuah masa depan di mana minggu terasa lebih panjang, stres berkurang, dan mesin pintar menangani sebagian besar pekerjaan berat.
Tapi, seberapa realistiskah masa depan ini, dan apa artinya bagi pekerjaan, masyarakat, serta kehidupan sehari-hari kita?
Prediksi Bill Gates soal Minggu Kerja yang Lebih Pendek
Mengutip Africaninspace.com, dalam penampilan terbarunya di The Tonight Show with Jimmy Fallon, Gates membagikan pandangan optimistisnya tentang masa depan yang dibentuk oleh inovasi AI. Merujuk pada pengalamannya dengan dunia komputasi—dari era mesin mahal hingga laptop terjangkau—ia membayangkan tren serupa di mana AI menjadi aksesibel dan begitu efektif sehingga kecerdasan itu sendiri tak lagi langka.
Ia mengatakan, “Era yang sedang kita mulai sekarang adalah ketika kecerdasan masih jarang… dengan AI dalam dekade berikutnya, hal itu akan menjadi gratis dan umum.”
Menurut Gates, hal ini bisa merevolusi profesi seperti kedokteran dan pendidikan dengan menghadirkan nasihat serta bimbingan berkualitas tinggi secara gratis, mengatasi kekurangan dokter dan guru yang terampil.
Baca Juga: Bill Gates Sumbang Rp 15 Triliun untuk Perangi Penyakit Menular
Namun, visi Gates memicu perdebatan. Para pengkritik menilai kekurangan profesional di bidang penting seperti kesehatan dan pendidikan bukan hanya soal jumlah, tetapi terkait erat dengan kurangnya investasi sistemik dan persoalan struktural. Hanya mengandalkan AI tidak serta merta menyelesaikan akar masalah yang membuat bidang tersebut penuh tantangan.
Kekhawatiran lain adalah AI yang belum cukup andal untuk menggantikan banyak pekerjaan manusia, khususnya di bidang kompleks. Misalnya, chatbot AI Google, Gemini, yang kini mendominasi hasil pencarian, kadang masih memberi informasi tidak akurat.
Alat medis berbasis AI memang sudah lebih baik dalam mendiagnosis kondisi tertentu, tetapi masih rentan bias—sering kali gagal mendeteksi penyakit pada perempuan dan kelompok minoritas. Hal ini berisiko memperburuk ketidaksetaraan kesehatan alih-alih memperbaikinya.
Gates sendiri mengakui kompleksitas ini dengan berkata, “AI membawa begitu banyak perubahan. Seperti apa pekerjaan nantinya? Haruskah kita bekerja dua atau tiga hari dalam seminggu?”
Ia menyebut hal ini sebagai wilayah baru yang sangat menarik sekaligus menakutkan.
Baca Juga: Bill Gates Ungkap Sejumlah Pekerjaan yang Paling Aman dari Dampak AI
Saat Fallon bertanya apakah manusia masih dibutuhkan, Gates menjawab, “Tidak untuk sebagian besar hal,” menyoroti potensi AI menangani banyak tugas rutin.