Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi
Selain itu, ia juga membentuk mata uang sendiri berbasis blockchain di dalam aplikasi Telegram yang diberi nama Gram. Mata uang ini memiliki basis sendiri yang dirancang oleh Durov yakni Telegram Open Network (TON).
Untuk mengoperasikan bisnisnya, ia menggelontorkan uang lebih dari US$ 1 juta per bulan dari kantongnya sendiri. Durov menyebut Gram merupakan generasi ketiga dari uang kripto. Nantinya platform blockchain TON miliknya diproyeksi bakal dapat memproses ratusan hingga ribuan transaksi per detik.
Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan kemampuan milik VISA atau Mastercard. Pasca dirilis di kuartal II 2017 lalu, di tahun ini ada sejumlah proyek berbasis uang kripto yang akan dilakukan oleh Durov. Di antaranya peluncuran Telegram External Secure ID, peluncuran dan pengujian TON, percobaan audit menggunakan TON, dompet elektronik dengan mata uang Gram, hingga membentuk sistem ekonomi tersendiri menggunakan TON pada aplikasi Telegram secara penuh di kuartal I 2019.
Pada akhir 2018 lalu, sebenarnya seluruh pengguna Telegram sudah dapat memiliki dompet elektronik Gram. Namun, mata uang tersebut belum dapat dibeli lantaran banyak penipu yang mengatasnamakan Telegram untuk menjual. Pavel memastikan hal ini baru akan terjadi di kuartal pertama tahun ini.
Tidak hanya untuk jual beli, Durov berkeinginan mengembangkan Gram sebagai alat investasi bagi para pengguna Telegram di tahun ini. Namun, sama seperti proyek perusahaan lainnya masih ada beberapa kekurangan. Rencana tersebut masih berbentuk konsep alias di dalam kertas. Ditambah ada banyak kendala dan kesulitan untuk secara penuh mengoperasikan uang kripto di negara-negara yang melarang penggunaannya.
Namun diprediksi Gram bisa menjadi pemimpin dalam ekonomi mata uang kripto lantaran disebut-sebut didukung oleh segelintir orang tajir dunia.
(Selesai)