Sumber: Channel News Asia | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Beijing selama ini memang dikenal sebagai ibu kota negara China. Meski demikian, Shanghai sering dianggap sebagai ibu kotanya ibu kota China, berkat aktivitas masyarakatnya yang sangat padat.
Perjalanan revolusi selama beberapa dekade, kekacauan politik, dan isolasi ekonomi mendorong terjadinya reformasi pada 1970-an. Itu membuat China menjadi negara yang jauh lebih terbuka.
Sejak saat itu pula, Shanghai mulai dilirik mata dunia sebagai salah satu kota kunci dalam kemajuan ekonomi China.
Mengutip Channel News Asia, China sekarang merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, dengan cadangan devisa yang juga paling besar kedua di dunia. Negeri tembok raksasa juga menjadi negara perdagangan terbesar di dunia.
Pada 2019, Shanghai memiliki bursa keuangan paling berkembang di China daratan. Kota ini mampu menarik modal asing sneilai US$19,05 miliar pada tahun 2019, naik 10,1% YoY.
Baca Juga: Cemas dengan aksi AS di Laut China Selatan, China ajak 10 diplomat ASEAN bertemu
Lembaga keuangan asing juga mulai bermunculan di Shanghai. Berdasarkan laporan terbaru dari Gobal Financial Centres Index, Shanghai ada di peringkat keempat sebagai pusat keuangan paling kompetitif di dunia, dan peringkat kedua di Asia setelah Tokyo.
Profesor He Shuquan dari School of Economics, Shanghai University, mengatakan, daya tarik Shanghai adalah akses yang ditawarkannya ke pasar China daratan. Tapi tentunya, lokasi yang strategis bukanlah satu-satunya daya tarik Shanghai.
Menurut Konsultan Urban Science Lim Chee-Kiang, Shanghai punya dua kunci utama yang bisa membantunya menjadi pusat keuangan dunia, yaitu bakat dan inovasi.
"Kita semua tahu bahwa industri di seluruh dunia sedang menghadapi gangguan digital dalam jumlah besar. Industri keuangan adalah salah satu sektor yang terkena dampak terparah," katanya
"Elemen inovasi akan membantu memperkuat posisi Shanghai sebagai pusat keuangan bagi China bahkan di kawasan Asia Pasifik," ungkap Lim seperti dikutip Channel News Asia.
Baca Juga: Ambisi China melebarkan kekuatan militernya hingga Singapura, Vietnam dan Indonesia
Berambisi menjadi pusat keuangan dunia
Visi Shanghai untuk menjadi pusat keuangan internasional mulai digaungkan oleh Pemerintah China pada 2009 silam. Pada Februari lalu, Pemerintah China mengeluarkan pedoman baru untuk mempercepat terlaksananya visi tersebut.
Pedoman baru tersebut termasuk uji coba di Lingan New Area, perpanjangan dari zona perdgangan bebas Shanghai yang disebut-sebut sebagai jendela baru menuju globalisasi ekonomi.
"Jika pemerintah tidak mampu memelihara lingkungan, Shanghai mungkin tidak dapat menjadi pusat keuangan dunia seperti yang diharapkan. Ekosistam bisa terbentuk secara alami, atau karena ada upaya dari pemerintah," ungkap Prof Shuquan.
Menurut Shuquan, Shanghai saat ini belum mampu menjadi pusat keuangan dunia karena mata uang China, yuan, belum bisa dikonversi secara bebas. Selain itu, volume eskpor dan impor sangat perlu diperhatikan.
"Ada kesenjangan antara status mata uang dan volume espor impor. Volumenya terlalu tinggi, sementara status mata uang tidak terlalu tinggi," kata dia.
Baca Juga: China agendakan latihan militer terpadu di sekitar wilayah Taiwan
Sejalan dengan itu, Lim mengungkapkan, status yuan yang tidak bisa dikonversi dengan bebas bisa menjadi pengganjal upaya Shanghai untuk menjadi pusat ekonomi dunia.
"Yuan yang tidak dapat dikonversikan membebankan biaya tambahan dalam melakukan binis, ini merupakan penghalangan tambahan," sebutnya.
Meskipun demikian, Lim melihat Shanghai telah membuat kemajuan luar biasa menuju tujuannya menjadi pusat keuangan dunia.
Keberhasilannya nanti bergantung pada bagaiaman Pemerintah China mampu mengelola ekosistem bisnis yang ada di Shanghai. Sejumlah masalah yang muncul di tengah pandemi ini juga bisa menjadi pekerjaan rumah yang cukup sulit bagi China.
Baca Juga: 10 Negara tertua di dunia, salah satunya juga merupakan negara terkecil