kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.580   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.118   47,22   0,59%
  • KOMPAS100 1.119   4,03   0,36%
  • LQ45 785   1,90   0,24%
  • ISSI 286   2,08   0,73%
  • IDX30 412   0,93   0,23%
  • IDXHIDIV20 467   0,39   0,08%
  • IDX80 123   0,45   0,36%
  • IDXV30 133   0,76   0,57%
  • IDXQ30 130   0,07   0,05%

Menteri Kabinet Narendra Modi Tantang Dominasi Google, Microsoft, dan WhatsApp


Jumat, 03 Oktober 2025 / 16:27 WIB
Menteri Kabinet Narendra Modi Tantang Dominasi Google, Microsoft, dan WhatsApp
ILUSTRASI. Tiga menteri kabinet PM India Narendra Modi mempromosikan aplikasi buatan dalam negeri sebagai alternatif Google Maps, WhatsApp, dan Microsoft. REUTERS/Eduardo Munoz


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga menteri kabinet Perdana Menteri India Narendra Modi secara terbuka mempromosikan aplikasi buatan dalam negeri sebagai alternatif dari layanan raksasa teknologi Amerika Serikat seperti Google Maps, WhatsApp, dan Microsoft.

Langkah ini dinilai sebagai dukungan terkuat pemerintah terhadap produk “Made in India” di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara India dan AS.

Sejak Amerika Serikat memberlakukan tarif impor 50% terhadap produk India pada Agustus, Modi semakin gencar menyerukan penggunaan produk “swadeshi” atau buatan lokal. Bahkan, bulan lalu ia secara langsung meminta masyarakat India untuk mengurangi penggunaan barang asing dalam kehidupan sehari-hari.

Menteri Tunjukkan Aplikasi Lokal di Acara Resmi

Menteri Teknologi Informasi Ashwini Vaishnaw menjadi salah satu figur terdepan dalam kampanye ini. Dalam sebuah presentasi media terkait proyek jalan raya, Vaishnaw menegaskan bahwa ia tidak menggunakan Google Maps atau PowerPoint milik Microsoft.

Baca Juga: Marak Terjadi di Indonesia, AS & India, FBI Ungkap Modus Penipuan di WhatsApp

“Peta ini dari MapmyIndia, bukan Google Maps,” ujarnya sambil tersenyum. “Bagus kan? Swadeshi.”

Selain itu, ia juga menggunakan Zoho, aplikasi presentasi dan perangkat lunak buatan lokal, untuk menggantikan PowerPoint. Dalam unggahan di platform X, Vaishnaw mengajak masyarakat beralih ke produk digital dalam negeri. Video uji coba Zoho yang ia bagikan berhasil meraih 6,2 juta tayangan.

Arattai Tantang WhatsApp

Dua menteri lain, Menteri Perdagangan Piyush Goyal dan Menteri Pendidikan Dharmendra Pradhan, juga aktif mempromosikan Arattai, aplikasi pesan instan buatan perusahaan Zoho. Nama Arattai berasal dari bahasa Tamil yang berarti “chat”.

Dalam postingan di X, Goyal menyatakan kebanggaannya menggunakan Arattai: “Sangat bangga berada di @Arattai, platform pesan #MadeInIndia yang mendekatkan India.”

Upaya ini membuahkan hasil. Berdasarkan data Sensor Tower, aplikasi Arattai mencatat lebih dari 400.000 unduhan pada September, melonjak drastis dibanding kurang dari 10.000 unduhan pada Agustus. Pengguna aktif harian juga menembus 100.000 pada 26 September, naik dua kali lipat dalam sehari.

Tantangan Melawan Raksasa Global

Meski tren penggunaan aplikasi lokal menunjukkan peningkatan, para analis menilai persaingan dengan merek global tetap berat.

Produk Amerika masih dipandang sebagai simbol aspirasi di India, mulai dari Microsoft yang dominan di kantor-kantor, Google Maps yang jadi andalan pelancong, hingga WhatsApp yang memiliki lebih dari 500 juta pengguna aktif di India.

Baca Juga: Taiwan Geser India, Kini Jadi Importir Terbesar Naphtha Rusia

Pengalaman serupa pernah terjadi pada Koo, platform media sosial lokal yang sempat dipromosikan menteri India pada 2021 sebagai alternatif Twitter. Namun, Koo akhirnya tutup tahun lalu karena kekurangan pendanaan.

Dilip Cherian, pendiri firma hubungan masyarakat Perfect Relations, memperingatkan bahwa dukungan pemerintah saja tidak cukup.

“Yang dibutuhkan merek seperti Zoho adalah faktor pembeda yang kuat, dukungan finansial besar, serta perlindungan ketat terhadap isu pengawasan,” jelasnya.

Selanjutnya: Stok BBM Shell, BP, hingga Vivo Terancam Kosong Sampai Akhir Tahun

Menarik Dibaca: Penganan Donat Diburu, Ini Resep Labu Creamy Juara yang Guilty-Free




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×