Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc mengatakan dalam sambutan pembukaan, "masyarakat dan perusahaan menderita kerugian besar". Dan, "Lingkungan geopolitik, ekonomi regional, termasuk Laut Timur (Laut Cina Selatan), mengalami beberapa pergolakan, memengaruhi perdamaian dan stabilitas," sebut dia.
"Persaingan kekuasaan" antara AS dan China kemungkinan akan mencuri perhatian, menurut seorang diplomat senior Asia Tenggara kepada AFP seperti dilansir Channel News Asia, yang berbicara tanpa menyebut nama.
"Amerika Serikat dan China kemungkinan akan menggunakan pertemuan itu sebagai platform untuk saling melempar segalanya," katanya.
Negara-negara kecil akan "mengatakan kalimat biasa" dan kemudian berlindung saat Washington dan Beijing bertempur, tambahnya.
Baca Juga: China peringatkan ASEAN: Jangan mendukung si biang onar
Perselisihan antara kedua kekuatan sudah tinggi terkait perdagangan, penyebab pandemi virus corona, dan kebijakan China di Hong Kong, tempat Beijing memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional.
Ada juga kekhawatiran bahwa virus corona mungkin telah memberikan perlindungan bagi China untuk membuat permainan baru di Laut China Selatan.
Zachary Abuza, pakar politik Asia Tenggara dari National War College, Washington, mengatakan, tidak mungkin ada banyak kemajuan dalam pembicaraan mengenai perairan yang disengketakan tersebut.
"China telah secara efektif menggunakan bantuan Covid-19 dan janji-janji vaksin, dan uji coba di Filipina dan Indonesia, untuk benar-benar mencoba menghentikan momentum diplomatik menuju diskusi Laut China Selatan," katanya kepada AFP seperti Channel News Asia lansir.