Sumber: Bloomberg | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persatuan Badan Intelijen Internasional yang tergabung dalam The Five Eyes berencana melakukan pertemuan puncak di Glasgow, Skotlandia untuk membahas cara untuk memerangi kejahatan cyber dan terorisme. Adapun negara yang dilibatkan seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Selandia Baru dan Inggris.
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (24/4) bahwa pertemuan ini sebagai respon terhadap tuduhan intelijen AS bahwa Huawei Technologies telah memasukkan perangkat mata-mata sebagai cara pemerintah China untuk mengawasi negara lain.
Seperti diketahui, peralatan – peralatan teknologi dari China menjadi bagian penting bagi jaringan terbesar di Inggris. Dengan kondisi tersebut pejabat setempat tampaknya berencana membatasi sekaligus melarang secara penuh terhadap perangkat teknologi buatan China.
Masalah ini muncul pada pertemuan Dewan Keamanan Nasional yang dihadiri oleh Menteri Kabinet Hawskis. Ia merasa prihatin atas kebijakan tersebut dan dikhawatirkan akan mengganggu hubungan bisnis dan internasional dengan China.
Pada 20 April 2019 lalu, CIA mengatakan kepada dinas intelijen rahasia Inggris (MI6) bahwa Huawei menerima dana dari pihak keamanan negara Beijing namun dibantah oleh perusahaan. Kepala MI6 Alex Younger menyatakan tidak mendapatkan tekanan baik dari Amerika Serikat maupun Huawei.
Pernyataannya itu digaungkan kembali oleh CEO National Cyber Security Center Ciaran Martin. “Setiap negara memiliki kedaulatan untuk mempertahankan diri karena dianggap paling tepat tetapi sangat penting bagi kami untuk bekerja sama dengan sekutu untuk membuat dunia seaman mungkin,” kata Martin.
Pemerintahan Trump menekan negara-negara lain agar tidak menggunakan perangkat Huawei dari jaringan telepon seluler, yang dikenal sebagai 5G. Trump menegaskan bahwa pemerintah Cina berpeluang memanfaatkan alat-alat tersebut untuk memata-matai negara lain.