kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski Dilarang AS, Sejumlah Perusahaan di Asia Masih Beli Minyak Rusia


Jumat, 08 April 2022 / 16:53 WIB
Meski Dilarang AS, Sejumlah Perusahaan di Asia Masih Beli Minyak Rusia
ILUSTRASI. Kilang Minyak Rusia. ;Sumber foto : sledanounas.ru


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perusahaan-perusahaan milik negara China dan buyer Asia ternyata tetap membeli minyak dalam volume ekstra. Meski mereka melakukannya diam diam karena ada larangan dari Amerika Serikat (AS) untuk membeli minyak asal Rusia. 

Menurut sumber yang mengetahui hal ini berbagai perusahaan seperti CNOOC, PetroChina, dan Sinochem tetap memasok kargo minyak dari Rusia untuk pengiriman Mei. Bahkan, Sinopec yang dikelola oleh negara sekaligus perusahaan penyulingan terbesar di Asia juga terlibat, mengutip Reuters pada Jumat (8/4). 

Perusahaan-perusahaan milik negara China tidak ingin dilihat secara terbuka mendukung Moskow dengan membeli minyak dalam volume ekstra. Setelah Washington melarang minyak Rusia bulan lalu dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada eksportir top Rusia Rosneft dan Gazprom Neft.

Sinopec dan Petrochina menolak berkomentar. CNOOC dan Sinochem tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Baca Juga: Saingi Amerika Serikat, Anggaran Infrastruktur China Capai US$ 2,3 Triliun

China dan Rusia telah mengembangkan hubungan yang semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir, dan baru-baru ini pada Februari mengumumkan kemitraan tanpa batas. China telah menolak untuk mengutuk tindakan Rusia di Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi. 

China, importir minyak terbesar di dunia, adalah pembeli utama minyak mentah Rusia dengan 1,6 juta barel per hari, setengahnya dipasok melalui pipa di bawah kontrak pemerintah-ke-pemerintah.

Penurunan impor minyak Rusia dari China dapat mendorong perusahaan penyulingan raksasa negara untuk beralih ke sumber alternatif. Ini akan menambah kekhawatiran pasokan global yang telah mendorong harga minyak acuan Brent ke level tertinggi 14 tahun mendekati US$140 per barel pada awal Maret setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari. 

Tak hanya itu, buyer atau pembeli Asia terus membeli salah satu kualitas minyak mentah utama Rusia yang dikirim dari pelabuhan Timur. Lantaran kargo Sokol untuk pemuatan Mei ke Asia sudah terjual habis, kata para pedagang kepada Bloomberg pada Kamis (7/4). 

Minyak mentah dari proyek Sakhalin I telah dijual baik secara term atau spot ke Korea Selatan, China, dan India, kata sumber Bloomberg. Pelayaran untuk mengirimkan kargo Sokol ke Asia hanya memakan waktu seminggu karena muatannya sedang dimuat dari pelabuhan Timur Jauh Rusia. 

Baca Juga: Zelensky Sebut Ada Kota di Ukraina yang Bernasib Lebih Buruk dari Bucha

Pembeli di Jepang, Korea Selatan, India, dan penyulingan independen China dilaporkan telah membeli minyak Sokol untuk pengiriman Mei. Exxon, akan menggunakan bagiannya dari Sokol di kilangnya sendiri. 

Dalam perkiraan awal pekan ini, Wood Mackenzie mengatakan bahwa ekonomi maju seperti sekutu AS, dan UE diperkirakan akan mengganti sekitar 650.000 barel per hari minyak mentah Rusia dengan nilai dari produsen lain di tengah sanksi sendiri. 

Namun, importir minyak Asia belum berlomba untuk membeli minyak mentah Rusia yang telah didiskon besar-besaran karena kewajiban kontrak jangka pendek dengan produsen Timur Tengah. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×