kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski India boikot CPO Malaysia, Mahathir tidak akan mencabut pernyataan soal Kashmir


Selasa, 22 Oktober 2019 / 17:34 WIB
Meski India boikot CPO Malaysia, Mahathir tidak akan mencabut pernyataan soal Kashmir
ILUSTRASI. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad setelah menghadiri pelantikan Presiden Indonesia Joko Widodo di Gedung DPR, Jakarta, 20 Oktober 2019.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menegaskan, ia tidak akan menarik kembali kecamannya atas tindakan New Delhi di Kashmir, meski asosiasi minyak nabati India menyerukan boikot minyak kelapa sawit (CPO) Malaysia.

Kebuntuan bisa memperburuk apa yang Mahathir gambarkan sebagai perang dagang antara Malaysia, produsen sekaligus pengekspor CPO terbesar kedua di dunia, dan India, pembeli terbesar komoditas asal negeri jiran tersebut sepanjang tahun ini.

"Kami mengutarakan pendapat kami, dan kami tidak menarik atau mengubahnya," tegas Mahathir kepada wartawan di Kuala Lumpur, Selasa (22/10), seperti dikutip Reuters. "Apa yang kami katakan adalah kita semua harus mematuhi resolusi (PBB). Jika tidak, apa gunanya PBB?," ujar dia.

Baca Juga: Wah, asosiasi perdagangan India minta anggotanya untuk berhenti membeli CPO Malaysia

Solvent Extractors Association of India (SEAI), Senin (21/10) meminta anggotanya untuk berhenti membeli CPO Malaysia, setelah Mahathir mengatakan di Majelis Umum PBB bulan lalu, bahwa India sudah "menyerbu dan menduduki" Kashmir, wilayah mayoritas Muslim yang disengketakan juga diklaim Pakistan.

Pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi mencabut otonomi khusus Kashmir wilayah India pada 5 Agustus lalu, dan menyebutnya sebagai masalah internal serta mengkritik negara-negara yang menentang keputusan tersebut.

Dewan Keamanan PBB mengadopsi beberapa resolusi pada 1948, dan 1950-an tentang perselisihan antara India dan Pakistan mengenai Kashmir, termasuk yang menyatakan, plebisit harus diadakan untuk menentukan masa depan wilayah tersebut.

Mahathir mengatakan, Malaysia akan mempelajari dampak boikot SEAI yang berbasis di Mumbai dan mencari cara untuk mengatasi masalah ini. "Ini bukan pemerintah India, jadi kami harus mencari tahu, bagaimana kami bisa berkomunikasi dengan orang-orang ini, karena perdagangan adalah hal dua arah dan itu buruk untuk apa yang menyebabkan perang dagang," katanya.

Baca Juga: Mahathir: Malaysia terjebak di tengah perang dagang AS-China dan jadi sasaran sanksi

New Delhi sejauh ini menolak untuk mengomentari seruan boikot dari SEAI tersebut. 

Mengacu data Pemerintah India, ekspor Malaysia termasuk CPO ke India bernilai US$ 10,8 miliar pada tahun fiskal 2018 yang berakhir pada 31 Maret lalu, sementara impor mencapai US$ 6,4 miliar. India adalah tujuan ekspor terbesar ketiga Malaysia pada 2018 untuk minyak sawit dan produk-produk turunannya senilai 6,84 miliar ringgit (US$ 1,63 miliar).

Pekan lalu, Malaysia menyebutkan, pihaknya mempertimbangkan untuk meningkatkan impor gula mentah dan daging kerbau dari India, dalam upaya untuk meredakan ketegangan perdagangan. India, importir minyak nabati terbesar di dunia, juga membeli CPO dari Indonesia serta minyak kedelai dari Argentina dan Brasil, lalu minyak bunga matahari dari Ukraina.




TERBARU

[X]
×