Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Otoritas kesehatan Korea Selatan menegaskan, program vaksinasi flu musiman akan terus berlanjut, meskipun ada lebih banyak kematian setelah menerima suntikan vaksin.
"Ada lebih banyak kasus kematian yang dilaporkan. Namun, para ahli berpendapat, tidak ada hubungan langsung antara kematian dan vaksinasi," kata Jeong Eun-kyeong, Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), Kamis (22/10), seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Hingga Kamis (22/10) pukul 16.00 waktu setempat, jumlah orang yang meninggal setelah divaksinasi dalam beberapa hari terakhir mencapai 25 orang dibanding 12 orang yang tercatat pada awal program vaksinasi, menurut KDCA.
Dari 25 kematian, 22 atau 88% adalah orang berusia 60 atau lebih. Tapi, jika memasukkan data dari pemerintah provinsi, jumlah kematian mencapai 28 orang.
Korea Selatan menggelar program vaksinasi flu musiman yang membidik 19 juta orang, termasuk remaja dan warga lanjut usia, untuk mengekang kemungkinan "twindemic", pandemi virus corona baru dan flu musiman.
Baca Juga: Jumlah korban tewas pasca disuntik vaksin flu di Korsel makin bertambah
Jeong mengatakan, penyelidikan menyeluruh sedang KDCA lakukan untuk menemukan penyebab pasti kematian, serta penyelidikan epidemiologi termasuk otopsi terhadap sembilan kasus.
Hanya, KDCA menyebutkan, dua kematian mungkin terkait dengan syok anafilaksis, reaksi alergi serius setelah imunisasi.
Mencegah potensi "twindemic"
Program vaksinasi gratis yang diperluas tahun ini dalam upaya untuk mencegah potensi "twindemic" selama musim dingin, melibatkan lima produsen obat besar termasuk GC Pharma dan Ilyang Pharmaceutical Co.
Jeong menyatakan, vaksin yang diberikan kepada orang-orang yang meninggal diproduksi oleh lima perusahaan, dan semuanya memiliki nomor seri yang berbeda. Ia menyangkal tuduhan kemungkinan efek samping, seperti toksisitas.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Korea Selatan Park Neung-hoo berusaha meredakan kecemasan publik yang semakin meningkat atas vaksinasi flu, dengan menekankan bahwa program gratis itu akan tetap berjalan sesuai rencana.
Baca Juga: Remaja 17 tahun meninggal setelah disuntik vaksin flu musiman di Korsel
Kekhawatiran akan vaksin flu pertama kali muncul Jumat (16/10) pekan lalu, setelah seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun di Kota Incheon meninggal dua hari setelah menerima suntikan.
Kematian serupa dilaporkan, mayoritas warga lanjut usia. Kebanyakan dari mereka juga memiliki penyakit penyerta.
Kecemasan publik semakin menjadi
Kecemasan publik semakin menjadi ketika para dokter menyarankan pemerintah untuk menangguhkan program vaksinasi flu, dengan Pusat Kesehatan Masyarakat di Distrik Yeongdeungpo, Seoul, merekomendasikan penangguhan tersebut "sebagai langkah pencegahan".
"Kami menyarankan program inokulasi vaksin ditangguhkan selama satu minggu karena hubungan kausal antara kasus kematian baru-baru ini dan vaksinasi belum diverifikasi secara jelas," kata Asosiasi Medis Korea (KMA).
Menurut Choi Dae-zip, Kepala KMA, inokulasi vaksin akan berkurang drastis mulai Jumat (23/10) dan seterusnya.
Baca Juga: Ini alasan Korea Selatan tarik 615.000 vaksin flu milik Korea Vaccine
"KDCA secara meyakinkan mengatakan, tidak ada masalah dengan vaksin itu sendiri, tetapi posisi pemerintah tampaknya menyindir adanya masalah dengan proses distribusi, metode penyimpanan, dan proses inokulasi," kata Choi seperti dilansir Yonhap.
"Bagaimana (orang) merasa yakin dan mendapatkan vaksinasi di institusi medis dalam keadaan seperti itu?" imbuh dia.
Namun, KMA setuju dengan sikap pemerintah, perlu ada inokulasi vaksin.
KMA adalah asosiasi dokter terbesar di Korea Selatan yang beranggotakan 130.000 dokter.
Menurut KDCA, hanya ada satu kematian yang berhubungan dengan vaksinasi flu. Pada 2009, seorang wanita berusia 65 tahun didiagnosis dengan sindrom Miller Fisher, penyakit saraf yang langka, setelah menerima suntikan flu dan meninggal setahun kemudian.