kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Miliarder yang sukses mengembangkan software manajemen SDM (1)


Kamis, 19 September 2019 / 09:30 WIB
Miliarder yang sukses mengembangkan software manajemen SDM (1)


Reporter: Agustinus Respati | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Boleh saja banyak perusahaan rintisan dikelola oleh anak muda. Namun bagi Workday perusahaan rintisan satu ini mempunyai bos orang yang sudah tua. David Duffield mengembangkan Workday hingga bisa sebesar saat ini. Duffield juga tercatat menjadi salah satu miliarder dunia. Hingga April 2019, kekayaannya mencapai US$ 13,2 miliar. Ia menjadi orang nomor 114 terkaya di dunia menurut catatan Forbes. Semua ia dapat saat umurnya di atas 40 tahun.

Siapa bilang mengelola perusahaan rintisan selalu datang dari kaum milenial. David Duffield saat berumur 65 tahun ia membuat perusahaan rintisan Workday.

Hasilnya Duffield merupakan salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat total kekayaan pria Amerika Serikat (AS) ini per September 2019 sebanyak US$ 10,4 miliar.

Saat ini dia merupakan orang paling kaya nomor 114 di seluruh dunia. Kekayaannya memang sedikit turun dibanding jumlah pada April 2019 yang mencapai US$ 13,2 miliar

Rahasianya ide cemerlang dan penguasaan terhadap teknologi komunikasi adalah sebuah kombinasi yang dahsyat. Duffield dengan cermat melihat ceruk potensi di dunia digital mampu menjadi salah satu miliarder di dunia.

Workday merupakan perusahaannya membangun software yang mengurusi sistem manajemen bidang keuangan dan ketenagakerjaan berbasis cloud.

Sebelum sukses bersama Workday, Duffield merupakan pemain lama dalam bisnis perangkat lunak. Perusahaan pertamanya adalah PeopleSoft, ia dirikan pada tahun 1987. Saat itu usianya sudah 46 tahun yang dirintis bersama Ken Morris.

Perusahaan ini bergerak untuk memproduksi software yang memonitor sumber daya manusia, urusan manajemen finansial, sampai ke performa perusahaan. Perusahaannya ini telah diakuisisi oleh Oracle pada tahun 2005. Saat itu PeopleSoft masuk jajaran perusahaan software paling besar di seluruh dunia. Nilai akuisisi ditaksir mencapai US$ 10,7 miliar.

Sukses dengan PeopleSoft, Duffield yang terlanjur gandrung pada bisnis software memulai jalan baru. Pada tahun yang sama bersama temannya AnnelĀ  Bhusri membentuk perusahaan rintisan bernama Workday. Saat itu usianya telah menginjak 65 tahun.

Secara bisnis, Workday tidak jauh berbeda dengan PeopleSoft. Kedua bisnisnya masih berkutat soal software yang digunakan untuk manajemen sumber daya manusia dan manajemen finansial. Di bawah kepemimpinan Duffield, Workday menjadi salah satu perusahaan yang sukses di dunia.

Workday mengeluarkan aplikasi pertamanya pada November 2006. Enam tahun berselang, Workday melakukan initial public offering (IPO) tahun 2012. Pasca IPO harga sahamnya terus meroket. Perusahaan ini melantai di New York Stock Exchange. Pada tahun 2015, pengguna dari layanan Workday mencapai 700 pengguna dan 3.700 karyawan di seluruh dunia

Duffield menjabat sebagai CEO perusahaan itu. Dia sekaligus merupakan pemegang saham terbesar di Workday. Dia memiliki 24% dari total saham perusahaan yang dia rintis tersebut.

Tahun 2014, Duffield menanggalkan peran sebagai CEO di Workday dan beralih menjadi ketua dewan. Selain kepiawaian sebagai pengelola software, dia juga dipercaya para pelanggannya sebagai penasihat perusahaan yang menggunakan software dari Workday. Perlu diketahui pelanggan dari aplikasi yang dibuatnya ini juga termasuk Netflix dan MGM.

Dave menghabiskan masa mudanya di California, Amerika Serikat. Dia mengenyam pendidikan di Universitas Cornell dan mendapat gelar Sarjana Teknik. Tak puas cuma gelar itu, ia mencicipi gelar Master Administrasi Bisnis di Sekolah Pascasarjana Manajemen Samuel Curtis Johnson. Dalam mengembangkan bisnisnya Duffield selalu berpegang pada sebuah prinsip.

Dia mengatakan Jika Anda benar-benar mendengarkan apa yang dikatakan orang, Anda akan mengetahui apa yang ada di benak mereka dan dengan mudah tahu apa yang membuat mereka nyaman," ujarnya.

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×