Sumber: Washington Post | Editor: S.S. Kurniawan
Dokumen kebijakan tersebut memberikan penjelasan perinci tentang situasi yang bisa memicu penggunaan senjata nuklir, termasuk serangan senjata atom atau pemusnah massal lainnya terhadap Rusia atau sekutunya.
Selain itu, dokumen kebijakan itu menyatakan, Rusia dapat menggunakan persenjataan nuklirnya jika menerima "informasi yang bisa dipercaya" tentang peluncuran rudal balistik yang menargetkan wilayah mereka atau sekutunya. Termasuk, "tindakan" terhadap fasilitas negara atau militer Rusia yang vital.
Hubungan Washington-Moskow berada di posisi terendah pasca-Perang Dingin karena krisis Ukraina, tuduhan campur tangan Rusia dalam Pemilihan Presiden AS 2016, dan perbedaan lainnya.
Para pejabat Rusia telah menganggap program pertahanan rudal yang AS pimpin dan rencananya untuk menempatkan senjata di orbit sebagai ancaman utama. Alasannya, kemampuan baru itu dapat menggoda Washington untuk menyerang Rusia dengan impunitas guna menangkis serangan balasan.
Baca Juga: Poseidon, senjata nuklir hari kiamat milik Rusia yang bikin Amerika gentar
Artikel di Krasnaya Zvezda menekankan, publikasi kebijakan penangkal nuklir baru dimaksudkan untuk secara jelas menjelaskan apa yang Rusia lihat sebagai agresi.
"Rusia telah menetapkan garis merah, kami tidak menyarankan siapa pun untuk menyerang," kata artikel tersebut.
“Jika musuh potensial berani melakukan itu, jawabannya pasti akan menghancurkan. Secara spesifik, tindakan pembalasan, seperti di mana, kapan, dan seberapa banyak, akan ditentukan oleh kepemimpinan militer-politik Rusia, tergantung pada situasinya," ujar artikel itu.