Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Pimpinan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Rabu (22/4/2020), ia berharap pemerintahan Trump akan mempertimbangkan kembali penangguhan pendanaannya terhadap WHO. Dia mendesak AS lebih fokus pada aksi mengakhiri pandemi dan menyelamatkan nyawa hidup orang banyak.
"Ada tren kenaikan yang mengkhawatirkan pada epidemi awal di beberapa bagian Afrika dan Amerika Tengah dan Selatan," kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti yang dikutip Reuters.
"Sebagian besar negara masih dalam tahap awal epidemi mereka dan beberapa yang terkena dampak awal pandemi mulai melihat kebangkitan yang mencemaskan dalam kasus infeksi," kata Tedros kepada wartawan Jenewa dalam briefing virtual.
Baca Juga: Pekerja WHO tewas tertembak ketika mengumpulkan sampel Covid-19 di Myanmar
Dia menambahkan, “Jangan salah kita masih harus menempuh jalan panjang. Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama.”
Namun dia mencatat bahwa epidemi di Eropa Barat tampaknya menjadi stabil atau menurun.
Sekadar menyegarkan ingatan, Presiden AS Donald Trump pada minggu lalu mengkritik penanganan pandemi WHO dan mengumumkan bahwa dia menunda pendanaan untuk unit badan PBB itu. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Rabu mengatakan Amerika Serikat sangat percaya bahwa partai komunis China yang berkuasa gagal melaporkan wabah virus corona baru secara tepat waktu kepada WHO.
Baca Juga: WHO: Semua bukti menunjukkan virus corona tidak dibuat di laboratorium
"Saya berharap pembekuan dana akan dipertimbangkan kembali dan AS akan sekali lagi mendukung pekerjaan WHO dan terus menyelamatkan nyawa," kata Tedros. "Saya berharap AS percaya bahwa ini adalah investasi yang penting, tidak hanya untuk membantu orang lain tetapi agar AS juga tetap aman."
Pakar kedaruratan utama WHO, Dr. Mike Ryan memperingatkan agar tidak terlalu cepat melakukan perjalanan global, dengan mengatakan aksi itu akan memerlukan manajemen risiko yang cermat.
Dia mencatat lonjakan infeksi di Afrika yang mengkhawatirkan, seperti peningkatan hampir 300% dalam kasus di Somalia dalam seminggu terakhir. "Kami berada pada tahap awal di Afrika," kata Ryan.
Baca Juga: WHO: Kebijakan pencabutan penguncian dari virus corona harus dilakukan bertahap
Para pejabat WHO mendesak negara-negara untuk terus berinvestasi dalam kesiapsiagaan, dengan mengatakan bahwa hanya 76% yang memiliki sistem pengawasan untuk mendeteksi kasus.
"Masih ada banyak celah di pertahanan dunia dan tidak ada satu pun negara yang memiliki segalanya," kata Tedros.
Di tengah kritik bahwa WHO seharusnya bertindak lebih awal, Tedros membela keputusan WHO untuk menyatakan darurat internasional pada 30 Januari dengan peringatan: tingkat siaga tertinggi.
Baca Juga: WHO: Melonggarkan penguncian bukanlah akhir dari epidemi, itu awal fase selanjutnya!
"Melihat ke belakang, saya pikir kami menyatakan keadaan darurat pada waktu yang tepat dan ketika dunia memiliki cukup waktu untuk merespons," kata Tedros, menambahkan bahwa pada tanggal itu hanya ada 82 kasus COVID-19 di luar Tiongkok dan tidak ada kematian pada saat itu.
Jeremy Farrar, direktur badan amal kesehatan global Wellcome Trust, mengatakan bahwa dunia perlu belajar untuk hidup dengan penyakit COVID-19 yang baru. “Ini bukan episode satu kali terpisah. Keyakinan saya adalah bahwa ini sekarang adalah infeksi manusia endemik ... Kita harus menemukan cara untuk menghadapinya," katanya kepada media briefing online.