Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menurut hasil sebuah studi terbaru, penduduk Korea Utara yang dilanda kelaparan dikabarkan terpaksa memakan luwak, beruang, hingga harimau demi bertahan hidup.
Berdasarkan laporan The Telegraph, penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari Inggris dan Norwegia, yang menemukan bahwa berbagai hewan liar diburu untuk daging, kulit, bulu, dan organ dalamnya. Bagian tubuh hewan seperti tulang, cakar, dan organ kering bahkan dijual sebagai bahan obat tradisional, mengancam punahnya spesies langka seperti harimau Siberia dan macan tutul Amur.
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, ekonomi Korea Utara hancur. Negara itu kehilangan akses terhadap bantuan pangan dan energi, sehingga muncul pasar gelap yang memperjualbelikan produk satwa liar untuk kebutuhan makan dan pengobatan.
Korea Utara berbatasan langsung dengan wilayah timur laut China, tempat populasi harimau Siberia mulai pulih. Beberapa hewan diyakini menyeberang ke wilayah Korea Utara atau diperdagangkan secara ilegal melintasi perbatasan.
Hampir Semua Hewan Besar Ditangkap
Menurut Joshua Elves-Powell dari University College London, salah satu penulis laporan,
“Hampir semua spesies mamalia di Korea Utara yang lebih besar dari landak ditangkap untuk dimakan atau dijual. Bahkan spesies yang dilindungi pun diperjualbelikan, kadang diselundupkan ke China.”
Baca Juga: Balas Kunjungan Kim Jong Un, PM China Li Qiang akan Bertolak ke Korea Utara
Karena Korea Utara merupakan salah satu negara paling tertutup di dunia, para peneliti tidak bisa melakukan penelitian langsung. Sebagai gantinya, mereka mewawancarai 42 pembelot dan pengungsi Korea Utara yang kini tinggal di Korea Selatan dan Inggris — termasuk mantan tentara, pemburu, dan pedagang satwa liar.
Para responden mengatakan bahwa perburuan massal mulai meningkat sejak sistem distribusi pangan pemerintah runtuh pada akhir 1990-an, yang memicu kelaparan besar dan menewaskan antara 600.000 hingga 1 juta orang.
“Selain pasar lokal daging satwa, juga berkembang perdagangan lintas negara di mana para penyelundup mencoba menjual produk satwa liar Korea Utara ke China,” kata Elves-Powell.
Ancaman bagi Restorasi Harimau Siberia
Hewan yang diburu termasuk harimau Siberia dan macan tutul Amur, yang populasinya kini sedang dipulihkan di China dan Siberia.
Korea Utara menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang tidak menandatangani Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka (CITES), yang mengatur perdagangan satwa terancam punah.
Para peneliti memperingatkan bahwa kondisi di Korea Utara dapat mengancam upaya konservasi China untuk memulihkan populasi harimau di timur laut negaranya, dan bisa membuat China melanggar komitmen internasionalnya di bawah CITES.
Baca Juga: Jepang Pertimbangkan Partisipasi Korea Utara di Asian Games 2026
“Harimau yang masuk ke wilayah Korea Utara berisiko dibunuh untuk diambil bagian tubuhnya,” tulis para peneliti. “Dan hal ini bisa mengganggu populasi harimau yang sedang pulih di kawasan tersebut.”
Selain harimau, warga Korea Utara juga dilaporkan memakan beruang, berang-berang, rusa, dan kambing gunung berekor panjang (long-tailed goral), yang dikategorikan rentan punah oleh CITES.
Tanduk rusa dan empedu beruang menjadi komoditas paling umum untuk pengobatan tradisional Korea.
Beberapa pembelot bahkan menyebut adanya peternakan satwa liar yang dikelola negara, tempat beruang, rusa, dan burung pegar dibesarkan untuk diperjualbelikan organ dan dagingnya di pasar gelap.
Laporan yang dipublikasikan di jurnal Biological Conservation itu menyimpulkan:
Tonton: Pemimpin Korut Kim Jong Un Percepat Proyek Pengembangan Senjata Nuklir
“Eksploitasi satwa liar di Korea Utara berisiko besar menyebabkan hilangnya spesies penting dan mengosongkan lanskap negara tersebut dari fauna aslinya.”