Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - LONDON. Negara anggota Group of Seven (G7) melayangkan kritik pedas terhadap Rusia dan China pada pertemuan hari Rabu (5/5), menyebut mereka jahat dan suka mengganggu.
Dalam komunike sepanjang 12.400 kata yang disusun bersama, para menteri luar negeri G7 mengatakan Rusia berusaha merusak demokrasi dan mengancam Ukraina.
Sementara China, dianggap bersalah atas pelanggaran hak asasi manusia dan menggunakan pengaruh ekonominya untuk menggertak pihak lain.
Sayangnya, ketujuh negara tidak menyebutkan secara pasti langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk menindak Rusia maupun China. Secara umum, kesimpulan rapat hanya berisi kecaman dan teguran.
Baca Juga: Pertemuan G7 dimulai, fokus membahas kawasan Indo-Pasifik hingga Covid-19
Dilansir dari Reuters, satu poin tertulis bahwa G7 akan meningkatkan upaya kolektif untuk menghentikan kebijakan ekonomi koersif China dan untuk melawan disinformasi Rusia.
"Daripada bereaksi dengan kemarahan, saya pikir China perlu memahami bahwa ia perlu memahami bahwa aturan internasional dasar ini harus ditaati," ungkap Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, seperti dikutip Reuters.
Rusia sebelumnya menyangkal tuduhan campur tangan di luar perbatasannya terkait Krimea, dan mengatakan negara Barat terkurung dalam histeria anti-Rusia.
Sejalan dengan itu, China mengatakan negara-negara Barat adalah pengganggu dan para pemimpinnya memiliki pola pikir pasca-kekaisaran yang membuat mereka merasa dapat bertindak seperti polisi global.
Mendukung Taiwan dan Ukraina
Negara anggota G7 yang jika ekonominya digabungkan jauh lebih besar dari China dan Rusia, justru khawatir dengan manuver kedua negara tersebut.
Pertemuan baru-baru ini jelas menunjukkan bahwa China dan Rusia masih dianggap sebagai ancaman serius bagi eksistensi G7, yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap ketahanan ekonomi global.
Baca Juga: Kelompok negara G7 pertimbangkan upaya untuk melawan propaganda Rusia dan China
"Kami akan bekerja secara kolektif untuk mendorong ketahanan ekonomi global dalam menghadapi kebijakan dan praktik ekonomi yang sewenang-wenang dan memaksa," ungkap pernyataan G7 terkait kebijakan ekonomi China.
G7 juga sepakat untuk mendukung Taiwan dari segala sisi, termasuk partisipasinya dalam forum WHO dan Majelis Kesehatan Dunia. China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan menentang perwakilan resmi Taiwan di tingkat internasional.
Terkait Rusia, G7 juga sepakat berdiri bersama Ukraina dalam konflik di Krimea. Namun, poin-poin solusi belum didapatkan.
Para menteri luar negeri G7 mengaku sangat prihatin dengan pola negatif dari perilaku Rusia yang tidak bertanggung jawab dan tidak stabil yang terus berlanjut.
"Hal-hal itu termasuk penumpukan besar pasukan militer Rusia di perbatasan Ukraina dan di Krimea yang dianeksasi secara ilegal," ungkap G7.
Bagi ketujuh negara kaya ini, manuver Rusia di kawasan tersebut merupakan upaya jahat yang bertujuan untuk merusak sistem demokrasi negara lain.