Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Vietnam sedang berupaya keras untuk segera menandatangani perjanjian dagang dengan Amerika Serikat. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Perdana Menteri Bui Thanh Son pada hari Rabu (12/11/2025), bertepatan dengan dimulainya putaran negosiasi baru di Washington.
Mengutip Reuters, bulan Oktober lalu, kedua negara sepakat untuk merampungkan kesepakatan dagang dalam hitungan minggu. Perjanjian ini akan mempertahankan tarif 20% AS atas impor barang Vietnam, namun memberikan pengecualian untuk beberapa produk yang belum ditentukan dari bea masuk baru yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump pada bulan Agustus.
Dalam sebuah konferensi di Hanoi, Son mendesak para pengusaha AS agar membantu negosiasi bilateral ini. Tujuannya adalah agar kedua pihak "dapat segera menandatangani perjanjian dagang yang adil dan seimbang."
Sementara itu, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, Michael DeSombre, menyampaikan dalam rekaman pidatonya di konferensi tersebut bahwa perjanjian dagang harus menyeimbangkan kembali arus komersial antar kedua negara. Ini berarti mengurangi defisit AS dengan Hanoi, yang merupakan yang terbesar setelah Tiongkok dan Meksiko.
Data Vietnam menunjukkan bahwa selama sepuluh bulan pertama tahun ini, Vietnam mencatat surplus perdagangan sebesar US$ 111 miliar dengan AS. Angka ini mengindikasikan potensi rekor tahunan baru, meskipun data Vietnam biasanya lebih konservatif daripada angka perdagangan AS (yang saat ini belum tersedia akibat penutupan sementara pemerintah federal).
Baca Juga: Topan Kalmaegi Hantam Vietnam, Korban Tewas di Filipina Tembus 188 Orang
Pembicaraan Daftar Pengecualian
Sebuah delegasi Vietnam yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan Nguyen Hong Dien berada di Washington minggu ini untuk putaran perundingan baru dengan pejabat AS. Menurut kementerian perdagangan Vietnam, tujuan utama perundingan adalah menyelesaikan perjanjian tersebut.
Seseorang yang diberi tahu tentang pembicaraan ini mengatakan bahwa negosiasi akan berfokus pada dua hal:
- Mengidentifikasi barang-barang Vietnam yang dapat dibebaskan dari tarif AS, seperti kopi.
- Membahas cakupan akses istimewa yang dijanjikan Hanoi untuk produk-produk AS, seperti mobil dan hasil pertanian, ke pasar Vietnam.
Sumber tersebut, yang menolak disebut namanya karena informasi ini bersifat non-publik, menyatakan bahwa pihak Vietnam idealnya ingin merampungkan kesepakatan setelah Mahkamah Agung AS memutuskan legalitas tarif yang diberlakukan Trump, atau paling lambat bulan Desember. Putusan pengadilan diperkirakan akan keluar kapan saja antara akhir tahun ini hingga pertengahan 2026.
Tonton: Trump Pangkas Tarif Malaysia & Vietnam Jadi Nol Persen, Ekspor RI Terancam!
Para negosiator Vietnam sangat antusias untuk menandai penandatanganan perjanjian dagang dengan pertemuan tingkat tinggi antara Trump dan pemimpin tertinggi Vietnam, To Lam. Son juga meminta dukungan dari pengusaha AS di konferensi tersebut agar pertemuan puncak ini dapat terwujud, mengingat upaya sebelumnya belum berhasil.
Selain itu, Son juga meminta dukungan perusahaan AS untuk mendorong Washington agar mengakui Vietnam sebagai ekonomi pasar dan mencabut pembatasan ekspor produk teknologi tinggi, seperti semikonduktor canggih. DeSombre menambahkan bahwa Vietnam memiliki peran potensial dalam rantai pasokan global untuk mineral penting, seperti rare earths dan gallium, meskipun eksploitasinya masih berjalan lambat.
Kesimpulan
Vietnam tengah bernegosiasi ketat dengan Amerika Serikat untuk segera meresmikan perjanjian dagang, yang bertujuan mempertahankan tarif impor AS sebesar 20% namun dengan pengecualian produk tertentu, sambil menghadapi tuntutan AS untuk mengurangi defisit perdagangannya yang besar dengan Hanoi. Melalui diplomasi yang didukung oleh pengusaha, Vietnam mendesak finalisasi kesepakatan paling lambat Desember sambil berharap dapat menggelar pertemuan puncak antara Donald Trump dan To Lam, serta mendorong pengakuan sebagai ekonomi pasar dan pencabutan pembatasan ekspor high-tech AS, sementara AS sendiri melihat potensi Vietnam dalam rantai pasokan mineral penting.













