kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

OPEC Gunting Produksi, Harga Minyak Menyentuh US$ 40 per Barel


Kamis, 18 Desember 2008 / 07:54 WIB
OPEC Gunting Produksi, Harga Minyak Menyentuh US$ 40 per Barel


Sumber: AP, usatoday |

PHOENIX. Harga minyak terperosok hingga lebih mini dari US$ 40 per barel untuk yang pertama kalinya sejak musim panas tahun 2004. Anjloknya harga minyak ini didorong oleh pengumuman pemangkasan OPEC sebesar 2,2 juta barel per hari.

Memang, harga minyak telah tersurung begitu cepatnya dan para trader juga lebih berfokus pada data-data perekonomian yang tak sedap yang membeberkan resesi yang naga-naganya bakal dalam dan mengerikan.

Light, sweet crude untuk pengiriman Januari terkikis 8%, atau US$ 3,54, menjadi US$ 40,06 di New York Mercantile Exchange. Harga minyak mentah patokan tergelincir menjadi US$ 39,88, harga yang terakhir terlihat pada bulan Juli 2004.

“Ada begitu banyak cadangan minyak di luar sana, saat ini. Dan celakanya tak ada orang yang mau membelinya,” kata Michael Lynch, president Strategic Energy & Economic Research.

Menurut laporan pemerintah AS, persediaan bensin di negeri paman sam ini semakin menggelembung. Sementara itu permintaan untuk bensin selama empat minggu terakhir –per 12 Desember—2,7% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

OPEC telah mengumumkan pemangkasan sebesar 2 juta barel pada awal ini, tentu saja dengan rentetan efek domino yang menyertainya. Reaksi pasar menunjukkan bagaimana permintaan terhadap energi ini semakin merosot selama perekonomian juga memble setidaknya pada satu generasi terakhir.

“Orang-orang kini membeli komoditi ini jauh lebih sedikit karena mereka juga tidak bias dipaksa untuk membeli lebih dari itu,” kata Phil Flynn, analis Alaron Trading. “Orang-orang ketakutan. Mereka tak cukup percaya diri menghadapi perekonomian ini. Mereka menutup pabrik-pabrik mereka,” imbuh Flynn,

Kekhawatiran akan perekonomian yang melemah ini bahkan sudah menyebar hingga ke luar AS, yaitu ke Eropa dan Asia. Hamper setiap hari konsumen dan perindustrian menahan pembelian.

Terjerumusnya harga minyak di bawag US$ 40 pernah terjadi pada 21 Juli 2004. Saat itu, harga per barel minyak dibanderol US$ 40,09. Hal ini diungkapkan oleh Peter Beutel, analis perminyakan Cameron Hanover.

Banyak analis percaya bahwa harga minyak akan berlanjut untuk terus terkikis tahun depan dengan beberan data atas lemahnya permintaan dari Departemen Energi AS dan International Energy Agency.

IHS Global Insight Chief Economist Nariman Behravesh adalah salah satu analis yang memperkirakan harga minyak akan terus terun bebas tahun depan. “Harga minyak akan dengan mudahnya turun ke level di bawah US$ 40 per barel tahun depan, bahkan juga sangat mungkin terjungkal ke level US$ 30 per barel,” katanya.

Gerard Rigby, energy analyst Fuel First Consulting di Sydney menilai bahwa OPEC kehilangan kredibilitasnya dalam hal kedisiplinan untuk waktu yang cukup lama. “Karenanya OPEC saat ini harus menunjukkan bahwa mereka berkomitmen dengan pemangkasan produksinya, bukan hanya omong saja,” katanya.

Di London, pengiriman minyak mentah jenis Brent naik 97 sen menjadi US$ 45,53 per barel di ICE Futures exchange.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×