Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Organisasi negara pengekspor minyak OPEC melihat banyak potensi penurunan permintaan minyak dunia pada paruh pertama tahun 2021.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo, menyampaikan prediksi ini pada hari Minggu (3/1) sebelum bertemu sekutu yang dipimpin oleh Rusia untuk membahas tingkat produksi untuk Februari.
"Di tengah tanda-tanda yang penuh harapan, prospek paruh pertama 2021 sangat beragam dan masih banyak risiko penurunan yang harus dihadapi," ungkap Barkindo, seperti dikutip dari Reuters.
Baca Juga: Harga minyak turun menjelang pertemuan OPEC+, Senin (4/1)
Pada bulan Desember lalu, OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 500.000 barel per hari mulai Januari sebagai bagian dari kenaikan bertahap 2 juta barel per hari tahun.
Sayangnya beberapa anggota OPEC+ mempertanyakan perlunya peningkatan lebih lanjut karena penyebaran infeksi virus corona.
"Akan lebih bijaksana bagi OPEC+ untuk mempertahankan produksi tetap stabil dan ada preferensi di antara beberapa produsen terbesar untuk menahan produksi tetap datar," kata Amrita Sen, pengamat dari Energy Aspects.
OPEC+ yang memiliki Rusia di dalamnya, dipaksa untuk memangkas produksi dengan jumlah rekor pada tahun 2020 karena tindakan penguncian global menekan permintaan bahan bakar.
Secara bertahap, OPEC+ memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari, kemudian menurunkan pemotongan menjadi 7,7 juta dan akhirnya menjadi 7,2 juta dari Januari.
Baca Juga: Harga minyak turun 20% pada 2020, terbebani lockdown pandemi Covid-19
Barkindo mengatakan OPEC sekarang memperkirakan permintaan minyak global akan banyak datang dari negara-negara berkembang. Jumlah permintaan pun bisa naik menjadi 95,9 juta barel per hari pada 2021.
"Pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi masih berlaku di sejumlah negara, dan kekhawatiran munculnya jenis virus baru yang darurat," tambah Barkindo.
OPEC pada Desember lalu sempat memperkirakan adanya kenaikan produksi minyak hingga 6,25 juta barel per hari pada 2021 karena dampak pandemi virus corona yang masih tersisa. Namun jumlah tersebut masih lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Harga minyak Brent di tahun 2020 ditutup di atas US$ 50 per barel, turun lebih dari seperlima dari tahun sebelumnya, namun naik dua kali lipat dari nilai terendah pada April 2020.
Kenaikan sejak April disebut merupakan dampak dari produsen memangkas produksi dan karena Amerika Serikat dan Uni Eropa menyetujui triliunan paket stimulus.