Sumber: Xinhua | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres meluapkan kemarahannya, setelah mendengar kabar bahwa pasukan perdamaian PBB menembak mati dua warga sipil di Republik Demokratik Kongo (DRC).
Selain dua kematian itu, 15 warga sipil lainnya dilaporkan mengalami luka-luka selama bentrokan antara personel militer Misi Stabilisasi Organisasi PBB di DRC (MONUSCO) dan warga sipil pada Minggu (31/7).
"Sekjen merasa sedih dan kecewa dengan hilangnya nyawa dan luka serius yang diderita selama insiden ini," kata Farhan Haq, wakil juru bicara Guterres, dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Amnesty International Temukan Bukti Kejahatan Perang yang Dilakukan Militer Myanmar
Lebih lanjut, Guterres menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga para korban, rakyat, dan Pemerintah Kongo, serta berharap yang terluka cepat sembuh.
Dilansir dari Xinhua, saat ini PBB telah menjalin kontak dengan negara asal pasukan penjaga perdamaian agar proses peradilan bisa segera dilakukan sesuai hukum yang berlaku.
PBB juga memastikan para korban luka dan saksi ikut terlibat sehingga sanksi yang tepat bisa dijatuhkan kepada personel terkait.
Dalam sebuah komunike, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB di DRC dan Kepala MONUSCO Bintou Keita mengatakan, beberapa tentara Brigade Intervensi MONUSCO melepaskan tembakan ke pos perbatasan dengan alasan yang tidak jelas.
Baca Juga: Kabar Baik! Ditengahi PBB, Ekspor Biji-bijian Ukraina Akhirnya Dibuka Lagi
Keita juga menjelaskan, perilaku tentara tidak bertanggung jawab. Pelaku telah diidentifikasi dan ditangkap. Mereka masih menunggu kesimpulan dari penyelidikan yang telah dimulai bekerja sama dengan pihak berwenang Kongo.
Pada Minggu, personel militer Misi Stabilisasi Organisasi PBB di DRC (MONUSCO) menembaki penduduk di Kasindi, Provinsi Kivu Utara di timur laut DRC.
Para pengunjuk rasa di DRC menuduh PBB telah gagal melindungi mereka dari tekanan kelompok-kelompok bersenjata. Warga yang marah kemudian melakukan aksi protes sejak pekan lalu.