Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - ROMA. Paus Fransiskus dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa Ukraina perlu memiliki keberanian "bendera putih" dalam bernegosiasi untuk mengakhiri konflik dengan Rusia. Pernyataan ini datang setelah invasi Rusia dua tahun lalu yang telah menewaskan banyak orang.
Dalam wawancara yang direkam sebulan yang lalu dengan stasiun televisi Swiss RSI, Paus Fransiskus menekankan pentingnya negosiasi untuk mengakhiri perang. Dia menyatakan bahwa negosiasi harus didasarkan pada keberanian untuk mencapai perdamaian, tanpa menyerah terhadap tuntutan tertentu.
Meskipun Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, menyatakan keinginan untuk perdamaian, dia juga menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerahkan wilayahnya. Rencana perdamaian Ukraina meminta penarikan pasukan Rusia dari seluruh Ukraina dan pemulihan perbatasan negaranya.
Baca Juga: Temui Zelenskiy, Erdogan Tawarkan jadi Penengah Perundingan Damai Ukraina - Rusia
Pernyataan Paus Fransiskus ini mendapat tanggapan dari Kremlin yang telah menolak keterlibatan dalam perundingan perdamaian dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Kyiv.
Paus Fransiskus juga menyatakan bahwa negosiasi harus didukung oleh kekuatan internasional. Dia menekankan bahwa tidak ada malu dalam bernegosiasi, dan bahwa upaya diplomasi harus dilakukan sebelum situasi memburuk lebih lanjut.
Pernyataan Paus Fransiskus ini menyoroti perlunya mencapai perdamaian melalui dialog dan negosiasi, meskipun demikian, belum ada tanggapan resmi dari juru bicara Zelenskiy atas pernyataan tersebut.
Baca Juga: Perang Masuk Tahun Kedua, Zelenskiy Sebut Ukraina Semakin Kuat
Dalam wawancara itu juga dibahas tentang perlunya mencari mediator internasional untuk membantu proses perdamaian, dengan Turki disebut sebagai salah satu negara yang menawarkan bantuan.
Paus Fransiskus menyatakan kesiapannya untuk menjadi mediator jika diperlukan. Dia juga menegaskan bahwa negosiasi tidak sama dengan menyerah, dan bahwa hal ini berlaku dalam konteks konflik di Ukraina maupun dalam konflik lainnya, seperti antara Israel dan Hamas.
Perlu dicatat bahwa sejak invasi Rusia pada Februari 2022, ribuan tentara dan warga sipil Ukraina telah tewas dalam konflik tersebut.