kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PBB: Lebih dari 8.500 tentara anak terjun ke medan konflik pada tahun 2020


Selasa, 22 Juni 2021 / 08:18 WIB
PBB: Lebih dari 8.500 tentara anak terjun ke medan konflik pada tahun 2020
ILUSTRASI. Seorang mantan tentara anak memegang?senapan saat mereka berpartisipasi dalam upacara pembebasan tentara anak, di luar Yambio, Sudan Selatan, 7 Agustus 2018.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Laporan PBB hari Senin (21/6) menunjukkan tingginya angka tentara anak di seluruh dunia. Dari beragam konflik yang pecah tahun lalu, setidaknya ada hampir 2.700 di antaranya tewas di tengah konflik.

Berbicara di hadapan Dewan Keamanan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan sejumlah data terkait anak-anak dan konflik bersenjata.

Melansir Reuters, di dalamnya termasuk pembunuhan, melukai, pelecehan seksual terhadap anak-anak, penculikan atau perekrutan, penolakan akses bantuan dan penargetan sekolah dan rumah sakit.

Laporan Guterres memverifikasi bahwa pelanggaran telah dilakukan terhadap 19.379 anak dalam 21 konflik. Pada tahun 2020, pelanggaran terbanyak tercatat di Somalia, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Suriah, dan Yaman.

Baca Juga: Perlombaan nuklir global mulai berkembang, jumlah senjata mematikan ini meningkat

Data angka menunjukkan bahwa 8.521 anak-anak dimanfaatkan sebagai tentara anak tahun lalu. Sebanyak 2.674 anak lainnya tewas dan 5.748 terluka dalam berbagai konflik.

Guterres juga menyampaikan nama-nama negara yang masuk ke dalam daftar hitam karena dianggap tidak memperhatikan kesejahteraan anak-anak selama konflik. Daftar hitam PBB ini telah menjadi kontroversi sejak lama, terutama karena Arab Saudi dan Israel tetap ada di luar daftar meski terus terlibat dalam konflik yang merugikan anak-anak.

Hingga saat ini Israel tidak pernah masuk dalam daftar meski serangkaian konflik yang mereka alami merugikan banyak anak-anak. Sementara koalisi yang dipimpin Arab Saudi dicoret dari daftar hitam pada tahun 2020, beberapa tahun setelah dipermalukan karena membunuh dan melukai anak-anak di Yaman.

Baca Juga: Lockdown dinilai sebagai kesalahan kesehatan terbesar dalam sejarah dunia, mengapa?

Pada dasarnya daftar hitam dibuat PBB untuk membuat negara-negara malu di di komunitas internasional. Pada tahun 2017, Guterres membagi daftar hitam ke dalam dua kategori untuk meredam kontroversi terkait standar penentuan yang bias.

Kategori pertama untuk negara yang telah menerapkan langkah-langkah untuk melindungi anak-anak. Sementara kategori kedua untuk negara yang belum menerapkan langkah-langkah apa pun.

Pada pertemuan hari Senin, PBB melakukan perubahan yang cukup signifikan dalam daftar hitam. Myanmar dimasukkan ke dalam kategori kedua karena membunuh, melukai, dan melakukan kekerasan seksual terhadap anak-anak.

Menemani Myanmar, ada Suriah yang terbukti melakukan perekrutan tentara anak-anak, pembunuhan, melukai dan melakukan kekerasan seksual. Serangan terhadap sekolah dan rumah sakit juga menjadi pertimbangan utama.

Selanjutnya: PBB: Jumlah pekerja anak melonjak untuk pertama kalinya dalam dua dekade




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×