kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Pemilik Rolling Stone dan Billboard Gugat Google atas Ringkasan AI


Minggu, 14 September 2025 / 15:50 WIB
Pemilik Rolling Stone dan Billboard Gugat Google atas Ringkasan AI
ILUSTRASI. Penske Media, pemilik media besar seperti Rolling Stone, Billboard, dan Variety, menggugat Google di pengadilan federal Washington, D.C. REUTERS/Steve Marcus


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penske Media, pemilik media besar seperti Rolling Stone, Billboard, dan Variety, menggugat Google pada Jumat lalu di pengadilan federal Washington, D.C. 

Gugatan ini menuduh raksasa teknologi tersebut menggunakan artikel jurnalistik milik Penske tanpa izin untuk membuat ringkasan AI, sehingga mengurangi lalu lintas kunjungan ke situs-situsnya.

Ini menjadi kali pertama penerbit besar AS membawa Google—anak perusahaan Alphabet—ke pengadilan terkait ringkasan AI yang kini muncul di bagian atas hasil pencarian.

Dampak Ringkasan AI terhadap Pendapatan Media

Organisasi berita selama beberapa bulan terakhir mengeluhkan fitur baru Google, termasuk “AI Overviews”, yang diduga menyedot lalu lintas dari situs mereka, sehingga merugikan pendapatan iklan dan langganan.

Baca Juga: Uni Eropa Denda Google Rp 57,4 Triliun karena Melanggar Aturan Ini

Penske Media, yang dipimpin oleh Jay Penske dan memiliki 120 juta pengunjung online per bulan, menyatakan bahwa Google hanya menampilkan situs penerbit di hasil pencarian jika dapat menggunakan artikel mereka dalam ringkasan AI.

Tanpa kekuatan ini, Google seharusnya membayar penerbit untuk menggunakan konten mereka atau untuk melatih sistem AI-nya.

Penske menekankan bahwa Google mampu memaksakan ketentuan tersebut karena dominasinya dalam pencarian, mengutip keputusan pengadilan federal tahun lalu yang menyatakan Google menguasai hampir 90% pasar pencarian AS.

“Sebagai bagian dari tanggung jawab kami, kami harus proaktif melindungi masa depan media digital dan menjaga integritasnya—semua itu terancam oleh tindakan Google saat ini,” ujar Penske.

Statistik dan Penurunan Pendapatan

Penske mengklaim bahwa sekitar 20% pencarian Google yang mengarah ke situsnya kini menampilkan AI Overviews, angka yang diperkirakan akan meningkat. Pendapatan afiliasi mereka disebut telah turun lebih dari sepertiga dari puncaknya pada akhir 2024 akibat menurunnya traffic dari pencarian.

Baca Juga: Google Menang Gugatan dan Tidak Perlu Jual Unit Usaha

Kasus serupa sebelumnya diajukan oleh perusahaan pendidikan online Chegg pada Februari, yang menuding ringkasan AI Google mengurangi permintaan konten asli dan melemahkan kemampuan penerbit untuk bersaing.

Tanggapan Google

Menanggapi gugatan, Google menyatakan bahwa AI Overviews memberikan pengalaman lebih baik bagi pengguna dan mendorong lalu lintas ke berbagai situs.

“Dengan AI Overviews, orang merasa pencarian lebih membantu dan menggunakannya lebih sering, menciptakan peluang baru bagi konten untuk ditemukan. Kami akan membela diri terhadap klaim tidak berdasar ini,” ujar juru bicara Google, Jose Castaneda.

Bulan ini, Google meraih kemenangan antitrust langka ketika hakim memutuskan perusahaan tidak wajib menjual browser Chrome untuk membuka persaingan di sektor pencarian.

Keputusan ini mengecewakan beberapa penerbit dan badan industri, termasuk News/Media Alliance, yang menyatakan penerbit kini tidak memiliki opsi untuk menolak AI Overviews.

Baca Juga: Saham Alphabet Melonjak Usai Lolos dari Ancaman Pemecahan Antitrust

Kritik dari Industri Penerbit

Danielle Coffey, CEO News/Media Alliance yang mewakili lebih dari 2.200 penerbit AS, menyatakan:

“Semua elemen yang dinegosiasikan dengan perusahaan AI lain tidak berlaku bagi Google karena mereka memiliki kekuatan pasar untuk tidak mengikuti praktik sehat tersebut. Saat Anda memiliki skala dan kekuatan pasar sebesar Google, Anda tidak diwajibkan mematuhi norma yang sama. Itulah masalahnya.”

Coffey merujuk pada kesepakatan lisensi AI yang telah ditandatangani perusahaan seperti OpenAI dengan News Corp, Financial Times, dan The Atlantic. Google, dengan chatbot Gemini yang bersaing dengan ChatGPT, disebut lebih lambat menandatangani kesepakatan serupa.

Selanjutnya: BPJS Ketenagakerjaan Catat 301.000 Pekerja Rumah Tangga Sudah Jadi Peserta

Menarik Dibaca: Ini 10 Provinsi dengan UMR Terendah di Indonesia & Strategi Pintar Mengatur Gaji


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×