Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - GAZA/AMMAN. Para pemimpin Arab secara terbuka mendesak Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, pada hari Sabtu untuk menyelenggarakan gencatan senjata segera di Gaza.
Desakan ini menguat beberapa jam setelah warga Palestina melaporkan serangan udara Israel yang menewaskan setidaknya 15 orang di sekolah yang dijalankan oleh perserikatan bangsa bangsa (PBB) yang selama ini digunakan sebagai tempat perlindungan atau pengungsian.
Dalam pertunjukan ketidaksetujuan yang langka, diplomat senior Amerika Serikat tersebut menolak desakan pemimpin Arab tersebut.
Hal ini ia sampaikan dengan berdiri di sebelah rekan-rekannya dari Yordania dan Mesir dalam konferensi pers, dengan mengatakan bahwa gencatan senjata hanya akan membiarkan pejuang kemerdekaan Palestina Hamas, untuk mengumpulkan kembali kekuatan.
Baca Juga: Arab Leaders Press Blinken for Gaza ceasefire After School Blasts
Kekuatan dunia dan regional gagal mencapai konsensus tentang bagaimana mengatasi konflik yang memburuk dalam empat minggu terakhir sejak para pejuang kemerdekaan Palestina Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, menyerang Israel dan menewaskan 1.400 orang, serta diduga menyandera lebih dari 240 orang lainnya.
Sejak itu, pasukan pendudukan Israel telah melakukan serangan udara membabibuta di Gaza. Mereka juga memberlakukan blokade dari semua penjuru, dan meluncurkan serangan darat.
Serangan tentara pendudukan Israel ini yang memicu keprihatinan global, karena menyebabkan tragedi kemanusiaan di kawasan tersebut. Mengutip pejabat kesehatan di Gaza hingga hari Sabtu (4/11) kemarin sudah lebih dari 9.488 warga Palestina tewas akibat serangan brutal tentara pendudukan Israel.
Menu AS Blinken telah bertemu dengan menteri luar negeri Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Yordania di Amman.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut menegaskan, "Saat ini kita harus memastikan bahwa perang ini berhenti."
Namun Blinken mengatakan bahwa semua pihak telah sepakat tentang perlunya perdamaian dan bahwa situasi saat ini di Gaza tidak bisa bertahan, tetapi ia mengakui adanya perbedaan antara Washington dan sekutu-sekutunya di Arab soal agresi Israel ke Gaza ini.
Baca Juga: Bahrain Menangguhkan Hubungan Ekonomi dengan Israel Demi Palestina
"Gencatan senjata sekarang hanya akan meninggalkan Hamas di tempatnya, mampu mengumpulkan kembali kekuatan, dan mengulangi apa yang dilakukannya pada 7 Oktober," kata Blinken.
Blinken telah melakukan perjalanan diplomasinya untuk membantu Israel untuk kali kedua ke wilayah tersebut, sejak Israel dan pejuang Hamas terlibat dalam perang terbuka.
Amerika Serikat menegaskan mereka tetap akan memberikan dukungan kepada Israel secara kuat. Tetapi mereka juga mulai menganjurkan agar tentara pendudukan Israel memberikan jeda kemanusiaan sementara untuk memungkinkan bantuan masuk ke Gaza.
Pada hari Jumat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak proposal jeda dari Blinken setelah sehari pertemuan.
Pada hari Sabtu, ketika ditanya oleh wartawan apakah ada kemajuan dalam mencapai jeda kemanusiaan, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengatakan "Iya" dan memberi jempol saat ia meninggalkan sebuah gereja di Rehoboth Beach, Delaware.
Serangan ke Sekolah
Sayap bersenjata faksi pejuang Palestina merdeka, Hamas, dalam sebuah pernyataan menyebuytkan lebih dari 60 sandera yang diculik selama serangan pada 7 Oktober di selatan Israel hilang akibat serangan udara yang dilakukan oleh pasukan pendukan Israel di Jalur Gaza.
Baca Juga: Ada Aksi Bela Palestina di Monas, KAI Lakukan Antisipasi untuk Kereta Jarak Jauh
Mereka menambahkan bahwa sebanyak 23 jenazah sandera tersebut terperangkap di bawah puing-puing gedung yang dihancurkan Israel. Hanya saja kantor berita Reuters tidak dapat memverifikasi pernyataan tersebut secara langsung di lapangan.
Saksi-saksi Palestina mengatakan bahwa pada Sabtu pagi tentara pendudukan Israel menyerang sekolah Al-Fakhoura di Jabalia, di mana ribuan pengungsi tinggal.
Hanya saja militer Israel membantah melakukan serangan ke kamp pengungsi itu. Mereka hanya mengatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan bahwa mereka tidak mengincar lokasi tersebut "tetapi ledakan mungkin terjadi akibat tembakan IDF ke target lain." Keadaan tersebut "sedang dalam tinjauan," tambahnya.
Gambar-gambar yang didapatkan Reuters setelah kejadian tersebut menunjukkan perabot yang rusak dan barang-barang lainnya berhamburan di tanah, bercak darah di tanah dan makanan, serta orang-orang menangis.
"Saya berdiri di sini ketika tiga ledakan terjadi, saya membawa seorang jenazah dan jenazah lain yang terpenggal dengan tangan saya sendiri," kata seorang anak lelaki dalam video yang diperoleh oleh Reuters. Anak ini terlihat menangis dalam keputusasaan. "Allah akan membalaskan dendamku."
Di dekatnya, seorang warga menyampaikan penghiburan kepada seorang wanita yang tampak sedang shock atas serangan di kamp pengungsian itu.
Seorang pria bertanya dengan marah: "Sejak kapan menjadi normal untuk menyerang tempat pengungsian? Ini sangat tidak adil."
Juliette Touma, direktur komunikasi Badan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA), mengkonfirmasi bahwa sekolah yang dijalankan oleh PBB, yang berada di daerah Kota Gaza, telah terkena serangan oleh tentara pendudukan Israel.
"Paling tidak satu serangan mengenai halaman sekolah di mana ada tenda untuk keluarga yang mengungsi. Serangan lain mengenai dalam sekolah di mana wanita sedang memanggang roti," kata Touma melalui telepon.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa serangan misil tentara pendudukan Israel yang lainnya juga menewaskan dua wanita di pintu Rumah Sakit Anak Nasser. Beberapa orang lainnya terluka dalam serangan itu.
Hanya saja tidak ada tanggapan segera dari pihak Israel terhadap laporan atas pembantaian tersebut.
Sejumlah serangan udara pasukan pendudukan Israel yang dilaporkan selama satu minggu terakhir telah menghancurkan sebagian kamp pengungsi Jabalia.
Kamp pengungsi yang merupakan salah satu dari beberapa pemukiman pengungsi di Gaza yang telah menjadi sasaran pembantaian oleh Israel. Menurut otoritas Palestina beberapa serangan itu telah menewaskan setidaknya 195 orang.
Baca Juga: PBB: Perang Israel-Hamas Telah Meluas ke Suriah
PENGUNGSI, BENTROKAN DI PERBATASAN
Pada hari Sabtu, polisi menahan para demonstran yang berunjuk rasa di luar kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Demonstrasi ini di tengah kemarahan yang meluas oleh warga Israel atas kegagalan intelijen dan militer Israel untuk menangkal serangan pejuang Hamas yang yang terjadi pada awal bulan lalu.
Protes tersebut bersamaan dengan hasil jajak pendapat yang menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat penduduk Israel percaya bahwa Netanyahu harus mengundurkan diri.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan dalam konferensi pers bahwa pasukan pendudukan Israel telah memberikan "pukulan keras" kepada pejuang Hamas.
Ia mengklaim telah menghancurkan pusat-pusat komunikasi, bunkers, dan jaringan terowongan dalam dua hari terakhir serta mengklaim telah membunuh 12 komandan pejuang Hamas, sejak awal perang.
Bulan lalu, Israel memerintahkan semua warga sipil untuk meninggalkan bagian utara Gaza, termasuk Kota Gaza, dan menuju bagian selatan enklaf tersebut.
Baca Juga: Media Barat Sebut Serangan Israel ke Palestina Jadikan Gaza Kuburan Massal Anak-anak
Militer pendudukan Israel mengatakan bahwa mereka akan memungkinkan warga Palestina untuk bepergian melalui jalan utama Gaza, yaitu jalan Salah a-Din, selama jendela waktu tiga jam pada Sabtu sore.
"Jika Anda peduli akan diri Anda sendiri dan orang yang Anda cintai, patuhi petunjuk kami untuk menuju ke selatan," kata mereka dalam posting media sosial berbahasa Arab.
Beberapa warga yang diwawancarai oleh Reuters mengatakan bahwa mereka terlalu takut untuk menggunakan jalan tersebut. Banyak dari mereka memperingatkan di media sosial bahwa tank-tank Israel berada di sana dan siap menembak.
Utusan Khusus Amerika Serikat, David Satterfield, mengatakan di Amman bahwa antara 800.000 hingga satu juta orang telah pindah ke selatan Jalur Gaza, sementara 350.000-400.000 orang lainnya tetap tinggal di Kota Gaza utara dan sekitarnya.
Israel telah memberlakukan blokade penuh di Gaza dan hanya mengizinkan sedikit bantuan dari Mesir, dengan alasan takut akan dicuri oleh Hamas. Namun Satterfield memastikan hingga saat ini tidak ada catatan insiden di mana Hamas berupaya mengambil alih bantuan.
Dalam apa yang tampak seperti perluasan serangan darat Israel, militer merilis rekaman yang menunjukkan buldoser lapis baja menggali wilayah-wilayah di utara Gaza yang dijelaskan sebagai "membuat jalur akses untuk pasukan."
Unit tank bersama dengan unit teknik pertempuran melakukan "serangan poin" di selatan Jalur Gaza "untuk memetakan bangunan dan menonaktifkan bahan peledak," demikian disampaikan.
Hezbollah Lebanon mengatakan bahwa mereka melakukan serangan serentak terhadap posisi Israel di perbatasan Lebanon pada Sabtu.
Sementara penduduk Lebanon selatan melaporkan beberapa serangan Israel yang paling ganas selama beberapa minggu bentrokan lintas batas.
Protes pro-Palestina berlangsung pada Sabtu di ibu kota Eropa, termasuk London, Berlin, dan Paris, untuk menuntut gencatan senjata segera."