Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - PARIS. Produsen pesawat asal Eropa, Airbus melaporkan proyeksi terburuk tentang dampak penyebaran virus corona (Covid-19) terhadap perusahaan.
Dilansir Reuters, Senin (27/4), laporan berbentuk surat tersebut disampaikan langsung kepada sekitar 135.000 karyawan Airbus yang diminta perusahaan untuk bersiap menghadapi potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) bila kemungkinan terburuk menimpa perusahaan.
Dalam surat tersebut, Kepala Eksekutif Airbus Guillaume Faury mengatakan, perusahaan sedang mengalami krisis uang tunai dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan, dia menyebut kalau tingkat produksi baru-baru ini sudah menurun sepertiga lebih dari kondisi normal. Meski begitu kondisi ini belum mencapai level terburuk dan masih akan terus ditinjau.
Baca Juga: CEO Bombardier tinggalkan perusahaan April mendatang
Surat tersebut dikirim ke seluruh karyawan pada Jumat (24/4) malam lalu atau tepat sebelum perusahaan dijadwalkan untuk menyampaikan laporan keuangan kuartal I 2020. Dampak perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 memang sudah sejak awal membuat Airbus kewalahan mempertahankan arus kas-nya.
Setidaknya, salah satu produsen pesawat terbesar di dunia ini telah menghentikan pengiriman pesawat jet mereka sejak pertengahan Maret 2020 lalu. Artinya, pendapatan produksi perusahaan terus anjlok.
Sejak awal Maret 2020 pun, Airbus telah menerapkan skema cuti atau kerja bergilir kepada karyawan. Kebijakan ini sejalan dengan arahan dari pemerintah di kawasan Eropa, semisal Airbus telah memberikan cuti kepada 3.000 pekerja Airbus di Perancis.
"Tetapi saat ini kami perlu merencanakan langkah-langkah jangka panjang. Sebab, kelangsungan hidup Airbus bisa dipertanyakan bila kami tidak mengambil tindakan," ujar Faury dalam suratnya kepada karyawan Airbus.
Menurut beberapa pernyataan orang yang terlibat, PHK merupakan salah satu opsi perusahaan untuk melakukan restrukturisasi. Setidaknya, akan ada 10.000 karyawan yang akan dirumahkan pada musim panas mendatang.
Namun, sampai saat ini Faury enggan mengomentari hal tersebut, yang jelas menurutnya perusahaan telah mengeksplorasi seluruh opsi sambil menunggu kejelasan dari pemerintah terkait permintaan bantuan di sektor industri penerbangan terkait penyebaran Covid-19.
Airbus sebelumnya juga sudah cukup aktif berkomunikasi dengan pemerintah Eropa terkait bantuan tersebut. Salah satu skema bantuan yang mungkin disiapkan pemerintah Eropa adalah memberikan pinjaman yang dijamin negara. Akan tetapi, opsi tersebut justru akan menimbulkan masalah baru yaitu menumpuknya jumlah utang maskapai.