Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Pengadilan Tinggi Hong Kong, Jumat (25/10), melarang orang mengungkapkan informasi pribadi tentang polisi dan keluarga mereka, yang belakangan jadi sasaran protes anti-pemerintah yang telah mencengkeram kota yang dikuasai China itu selama berbulan-bulan.
Kepolisian dan Menteri Kehakiman Hong Kong mengajukan permohonan larangan mengungkapkan nama, alamat rumah, alamat e-mail, nomor telepon, dan informasi pribadi lainnya, termasuk alamat sekolah anak-anak mereka. Pengadilan menyetujui permohonan ini.
Reuters melaporkan, dalam putusannya, Pengadilan Tinggi Hong Kong menyatakan, larangan mengungkapkan informasi pribadi tentang polisi dan keluarga mereka berlaku hingga 8 November mendatang.
Baca Juga: Untuk dukung perekonomian yang terdampak demo, Hong Kong umumkan paket kebijakan baru
Polisi mengatakan, selama Agustus lalu, lebih dari 1.600 petugas dan anggota keluarga mereka menjadi korban doxxing. Yakni, praktik berbasis internet untuk menyiarkan informasi pribadi atau mengidentifikasi tentang individu.
"Mereka juga mengalami segala macam pelecehan, termasuk panggilan gangguan, intimidasi verbal, dan bahkan ancaman pembunuhan," kata Kepala Hubungan Masyarakat Kepolisian Hong Kong Tse Chun-chung seperti dikutip Reuters. "Beberapa orang menyalahgunakan data pribadi petugas kami untuk mengajukan pinjaman," ujarnya.
Aksi protes sudah berlangsung lima bulan, yang telah menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis politik terbesar dalam beberapa dekade dan mengambil banyak korban dari sisi perekonomian.
Baca Juga: Dewan Legislatif Hong Kong resmi mencabut RUU Ekstradisi, tapi demo jalan terus
Unjuk rasa bertajuk Pekerja Medis yang Menentang Tirani bakal berlangsung di Chater Garden, jantung pusat keuangan Asia itu, pada Sabtu (26/10) besok. Sedang aksi lain dengan tajuk Berjuang Melawan Kebrutalan Polisi, Bersama dengan Muslim, Warga Negara, dan Jurnalis akan bergulir Minggu (27/10) di Distrik Kowloon.
Sebelumnya, sebuah truk meriam air polisi menembakkan semburan air berwarna biru ke arah sekelompok kecil orang di jalan setapak di luar sebuah masjid selama protes di Kowloon pada Minggu (20/10) lalu, mengenai gerbang dan tangga, sehingga menuai kritik dari beberapa komunitas Muslim.
Polisi mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan, insiden tersebut "sangat disayangkan" dan tidak disengaja. Pemimpin Hong Kong Carrie Lam dan petinggi Kepolisian mengunjungi Masjid Kowloon dan menemui para pemimpin Muslim untuk meminta maaf.