kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengakuan Taliban: Moskow tak pernah membayar kami untuk membunuh pasukan AS


Jumat, 03 Juli 2020 / 09:19 WIB
Pengakuan Taliban: Moskow tak pernah membayar kami untuk membunuh pasukan AS
ILUSTRASI. Ilustrasi: Pasukan militer AS. Sumber foto : s.hdnux.com


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - ISLAMABAD. Kelompok Taliban Afghanistan membantah telah menerima hadiah dari Rusia untuk pembunuhan prajurit Amerika di Afghanistan, meskipun ada laporan baru-baru ini mengenai hal tersebut.

Melansir Jerusalem Post, Suhail Shaheen, juru bicara politik Taliban Afghanistan yang bermarkas di Doha, mengatakan kepada The Media Line dalam sebuah wawancara eksklusif: "Kami bukan tentara bayaran seseorang, kami juga tidak bisa membayangkan atau bahkan memikirkan tindakan semacam itu. Kami sedang berjuang untuk mendirikan pemerintahan Islam di Afghanistan."

Dia menambahkan, "Berita palsu semacam itu diedarkan untuk memfitnah kredibilitas kami dan menciptakan kekacauan pada saat pasukan AS meninggalkan Afghanistan dan proses perdamaian sedang berlangsung. Mereka (media) ingin merusak proses perdamaian dan stabilitas di Afghanistan," kata Shaheen.

Baca Juga: Trump: Intelijen AS meragukan Rusia desak Taliban untuk membunuh pasukan Amerika

Kepala juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan kepada The Media Line, selama perang 19 tahun melawan pasukan yang dipimpin AS, tidak sekalipun Taliban berhutang budi kepada dukungan asing. "Kami telah berperang sendiri untuk melindungi kemerdekaan dan kedaulatan kami.
Pertarungan kami bukan perang proksi. Kami juga tidak berjuang untuk blok Timur atau Barat; kami berperang melawan agresi dan invasi satu negara adikuasa,” katanya.

“Kami membuat sejarah dan seluruh dunia tahu bahwa itu adalah perjuangan untuk kemerdekaan, netralitas, dan penentuan nasib sendiri. Beberapa media Barat menyalahartikan prestasi kami dan berusaha membantu elemen anti-perdamaian di Afghanistan," lanjut Mujahid.

Baca Juga: Putin kecam Amerika Serikat yang jatuhkan sanksi baru atas Suriah

“Media berusaha mengalihkan perhatian dunia dari kegagalan tuannya di Afghanistan dengan merilis berita palsu tentang mengambil hadiah Rusia. Kami berkomitmen untuk mengimplementasikan perjanjian damai dengan Amerika Serikat. Desas-desus yang tidak berdasar seperti itu tidak akan pernah bisa merusak proses perdamaian dan stabilitas di Afghanistan,” kata juru bicara Taliban.

Menginformasikan saja, pada pekan lalu, The New York Times, mengutip sumber anonim, melaporkan bahwa Presiden AS Donald Trump telah diberi pengarahan tentang hadiah Rusia yang seharusnya dibayarkan kepada Taliban Afghanistan karena membunuh tentara Amerika.

Terkait hal ini, mengutip Reuters, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Rabu (1/7/2020) bahwa ia tidak mendapat informasi tentang laporan bahwa Rusia telah mendesak Taliban untuk membunuh tentara AS. Pasalnya, banyak pejabat intelijen AS meragukan kebenaran kabar tersebut. Sikap ini sangat bertentangan dengan empat sumber AS dan Eropa.

Baca Juga: Donald Trump: Mural Black Lives Matter di New York adalah simbol kebencian

"Kami tidak pernah mendengarnya karena intelijen tidak pernah mencapai tingkat itu ... Ini tidak muncul pada kesempatan itu. Orang-orang intelijen ... banyak dari mereka tidak percaya itu terjadi sama sekali," katanya kepada Fox Business Network.

Melansir Reuters, empat sumber AS dan pemerintah Eropa, yang akrab dengan pelaporan intelijen, mengatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir Amerika Serikat telah memperoleh laporan baru yang mendukung tuduhan bahwa Rusia telah mendorong gerilyawan yang berafiliasi dengan Taliban untuk membunuh tentara AS dan sekutunya di Afghanistan.

Baca Juga: Donald Trump setujui rencana Pentagon tarik 9.500 pasukan AS dari Jerman

Scott Worden, direktur Program Afghanistan dan Asia Tengah di Institut Perdamaian AS di Washington, mengatakan kepada The Media Line, "Laporan terbaru tentang agen-agen intelijen Rusia yang membayar hadiah kepada Taliban karena membunuh pasukan AS adalah detail baru yang mengganggu tentang intervensi Rusia dalam konflik Afghanistan tetapi konsisten dengan laporan sebelumnya tentang pendanaan umum dan senjata dari Rusia ke Taliban. Dengan asumsi tuduhan itu benar, pertanyaan kuncinya adalah apa dampak yang Rusia inginkan dari serangan terhadap pasukan AS terhadap proses perdamaian," katanya.

Worden juga bilang, Rusia secara terbuka mendukung rencana proses perdamaian saat ini dari penarikan bersyarat pasukan AS berdasarkan kemajuan dalam negosiasi intra-Afghanistan. "Oleh karena itu, Rusia harus mendukung pembicaraan, tidak membuatnya lebih sulit untuk mencapai kesepakatan damai yang tahan lama berdasarkan kepentingan bersama di antara warga Afghanistan."




TERBARU

[X]
×