kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,18   12,88   1.42%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Tak ada yang bisa jauh-jauh, China adalah pasar dunia


Senin, 02 September 2019 / 15:11 WIB
Pengamat: Tak ada yang bisa jauh-jauh, China adalah pasar dunia
ILUSTRASI. Presiden AS Donald Trump


Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Imbauan Presiden Amerika Serikat Donald Trump agar perusahaan AS segera angkat kaki dari China mendapatkan tanggapan yang beragam. Melansir South China Morning Post, sejumlah analis dan pimpinan perusahaan menilai, langkah tersebut tidak akan memberikan solusi jangka panjang di tengah memanasnya perang dagang dan tidak memberikan kontribusi apapun terhadap neraca keuangan perusahaan.

Jake Parker, senior vice president US-China Business Council, berpendapat perusahaan yang memutuskan untuk angkat kaki dari China akan kehilangan peluang komersial besar bagi diri mereka sendiri dan AS.

Baca Juga: Begini pergerakan yen, dollar, dan yuan pasca kenaikan pajak China-AS berlaku efektif

"China akan memberikan kontribusi proporsi yang signifikan bagi ekonomi global dalam beberapa dekade ke depan. Kehilangan peluang ini berarti juga akan memperlemah daya saing industri AS dan membahayakan posisi AS di negaranya sendiri," paparnya.

Dia juga menambahkan, tingkat lapangan kerja di AS yang menyokong pertumbuhan juga akan berdampak negatif.

Trump sepertinya belum menyadari potensi masalah itu saat dia menuliskan tweet "Negara kita telah kehilangan, dengan bodohnya, triliunan dollar dengan China selama bertahun-tahun. Trump juga menulis, AS akan jauh lebih baik tanpa mereka sebelum akhirnya dia memerintahkan perusahaan-perusahaan AS untuk mulai mencari alternatif selain China."

Baca Juga: China akan memberikan banyak stimulus untuk topang ekonominya yang melambat

Parker juga mengatakan, selain mendapat manfaat dari peluang keuangan yang disediakan China, perusahaan-perusahaan AS telah menjadi katalisator yang konsisten untuk kemajuan di AS dan telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ekonominya. "Penting untuk diingat bahwa bisnis AS telah menjadi contoh positif untuk kemajuan di China dan bahwa masyarakat China saat ini jauh lebih terbuka daripada 30 tahun yang lalu," katanya.

Meski hasil penelitian menunjukkan perang dagang telah mendorong sejumlah perusahaan asing untuk mempertimbangkan pindah dari China, namun, hal yang berlaku adalah China masih merupakan tempat yang penting di dunia.

Lu Xiang, seorang peneliti yang ahli dalam isu-isu AS di Chinese Academy of Social Sciences, mengatakan meskipun Trump mungkin memiliki otoritas misterius untuk memerintahkan perusahaan-perusahaan Amerika untuk keluar dari Tiongkok, hal itu akan merusak tidak hanya bagi perusahaan yang bersangkutan, tetapi juga untuk rantai pasokan global.

Baca Juga: Perusahaan Jepang juga angkat kaki dari China, termasuk Uniqlo dan Seiko

General Motors, yang tahun lalu menjual lebih banyak mobil di China daripada di Amerika Serikat, adalah contoh utama, katanya. “Jika General Motors keluar dari China, dapatkah ia menemukan pasar lain yang cukup besar untuk menggantikan hampir 4 juta unit penjualannya? Apakah Presiden Trump mampu menciptakan pasar besar bagi GM?” jelas Lu.

Bahkan, lanjut Lu, jika produsen mobil raksasa dunia itu meninggalkan China, posisinya akan segera tergantikan.

“Kondisi ini tidak akan merugikan ekonomi Tiongkok. Situasinya sangat sederhana: pasar mobil di China sangat kompetitif, sehingga pangsa pasar dari produsen yang keluar akan dengan cepat diambil oleh yang lain, tetapi kerugian yang dialami GM tidak akan pernah pulih," katanya.

Baca Juga: Bukan gertak sambel, China naikkan pajak 1.717 barang asal AS sejak Minggu (1/9)

Terlepas dari gangguan yang disebabkan oleh perang dagang, Joerg Wuttke, president of the EU Chamber of Commerce di China, mengatakan bahwa hanya segelintir perusahaan asing yang memilih untuk meninggalkan China. Beberapa dari mereka melakukannya karena alasan yang tidak terkait dengan perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.

"Saya tidak terlalu memperhatikan perusahaan-perusahaan yang pindah," katanya.

Wuttke juga mengomentari pernyataan Trump yang memerintahkan agar perusahaan AS segera hengkang dan mencari alternatif pengganti China. Terkait hal ini, dia mengatakan: "Masalahnya adalah Anda harus tahu ke mana harus pindah. Di mana itu? Apakah ada cukup pelabuhan, cukup listrik, dan pekerja terlatih?”

Baca Juga: Perusahaan AS ramai-ramai hengkang dari China, Indonesia jadi salah satu pilihan

Wang Yiwei, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin di Beijing, sepakat bahwa akan sulit bagi perusahaan-perusahaan Amerika untuk mengabaikan manfaat ekonomi yang ditawarkan Tiongkok.

"China tidak hanya pabrik dunia tetapi juga pasar dunia. Tidak ada yang bisa menghindarinya. Perintah agar perusahaan-perusahaan AS meninggalkan China hanyalah angan-angan. Itu bertentangan dengan aturan pasar dan logika,” papar Wang.

Wang juga menambahkan, ukuran China yang luas dapat diartikan tidak ada tempat lain di dunia ini yang bisa bersaing dengan China.

"China memiliki 400 juta konsumen kelas menengah -lebih dari seluruh populasi AS-, 170 juta pekerja dengan pendidikan tinggi dan 856 juta pengguna internet. Angka-angka ini tidak dapat ditandingi oleh negara-negara seperti India atau Vietnam," tambah Wang.

Parker mengatakan, satu-satunya cara bagi AS dan China untuk menyelesaikan perbedaan perdagangan mereka adalah kembali ke meja perundingan.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×