Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kedua hal ini akan memberi AS keuntungan potensial "asimetris" yang tidak bisa dengan mudah ditandingi Beijing, mengingat banyaknya mitra perjanjian AS, ikatan diplomatik yang kuat dan sejarah perbatasan dan perdagangan bebas dan terbuka, katanya seperti yang dikutip South China Morning Post.
Baca Juga: Trump tawarkan bantuan luar biasa tangani virus corona, Beijing tak menanggapi
Sementara Pentagon telah menekankan pembangunan aliansi di Asia Tenggara dan Pasifik sebagai bagian dari strategi Indo-Pasifik, kebijakan pemerintahan Trump lainnya telah menjengkelkan banyak sekutu lama Eropa dan Asia.
Mitra lama telah mengatasi kekecewaan pengenaan tarif oleh Presiden Donald Trump, keputusannya untuk menarik diri dari perjanjian multilateral dan fokusnya pada kebijakan "America First".
Baca Juga: Arab Saudi bayar tentara Amerika Serikat Rp 7 triliun di tahun lalu
Sbragia menolak mengatakan apakah Pentagon terkejut dengan pengumuman Manila bulan ini bahwa itu akan mengakhiri Perjanjian Pasukan Kunjungan Filipina-AS. Negara kepulauan ini secara strategis terletak di Laut China Selatan, sebuah hotspot potensial ketika Beijing meningkatkan kegiatan pembangunan pulau di wilayah yang diperebutkan.
Tetapi Sbragia mengatakan upaya Beijing untuk mempengaruhi sekutu bukanlah kejutan. "Ini kompetisi," katanya. “Kita harus sangat jernih. Negara-negara ini semakin mendapat tekanan.”