Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pentagon mulai mengkhawatirkan kehadiran China yang intensif di wilayah Artik (Kutub Utara). Kehadiran China ini dikhawatirkan membuka jalan masuknya militer Negara Tirai Bambu tersebut ke wilayah Arktik. Termasuk penyebaran kapal selam yang bertindak sebagai pencegah terhadap serangan nuklir.
Laporan tersebut dimasukkan Pentagon dalam laporan tahunan militer Amerika Serikat (AS) ke Kongres tentang angkatan bersenjata Tiongkok dan mengikuti publikasi Beijing dari kertas putih kebijakan Arktik resmi pertamanya pada bulan Juni.
Mengutip Reuters, Jumat (3/5), dalam makalah itu, dibeberkan rencana China mengembangkan jalur pelayaran untuk membentuk Jalan Sutera Polar yang dibangun di atas inisiatif Sabuk dan Jalan yang digagas Presiden China Xi Jinping.
China meskipun merupakan negara non-Arktik, tapi semakin aktif di wilayah kutub dan menjadi anggota pengamat Dewan Arktik pada 2013. Hal itu telah memicu kekhawatiran dari negara-negara Kutub Utara mengenai tujuan strategis jangka panjang Beijing, termasuk kemungkinan penempatan militer.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan menghadiri pertemuan Dewan Arktik yang beranggotakan delapan negara di Rovaniemi, Finlandia, mulai hari Senin ini. Ia datang di tengah kekhawatiran meningkatnya minat komersial China di wilayah Arktik.
Pentagon mencatat, Negara Denmark telah menyatakan keprihatinan tentang minat China terhadap Greenland, yang telah memasukkan proposal untuk membangun stasiun penelitian dan stasiun darat satelit, merenovasi bandara dan memperluas pertambangan.
"Penelitian sipil dapat mendukung penguatan kehadiran militer China di Samudra Arktik, yang dapat mencakup pengerahan kapal selam ke wilayah itu sebagai pencegah terhadap serangan nuklir," kata laporan itu.
Pentagon juga melaporkan, modernisasi armada kapal selam merupakan prioritas tinggi China. Angkatan Laut China mengoperasikan empat kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, enam kapal selam serangan bertenaga nuklir, dan 50 kapal selam serangan bertenaga konvensional.
"Kecepatan perkembangan pasukan kapal selam telah melambat dan (itu) kemungkinan akan tumbuh antara 65 dan 70 kapal selam pada tahun 2020," prediksi laporan itu.
China juga disebut telah membangun enam kapal selam kelas Jin, dengan empat operasional dan dua sedang dibangun di Huludao Shipyard. Dalam laporan Januari, Badan Intelijen Pertahanan Pentagon mengatakan bahwa angkatan laut Tiongkok akan membutuhkan minimal lima kapal selam kelas Jin untuk menangkal serangan nuklir secara terus menerus di laut.
Amerika Serikat dan sekutunya, pada gilirannya, memperluas penyebaran angkatan laut anti-kapal selam mereka di Asia Timur. Ini termasuk patroli tingkat lanjut dari pesawat P-8 Poseidon Amerika yang maju dan sub-perburuan keluar dari Singapura dan Jepang.