Sumber: USA Today | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pentagon kini tengah berada dalam siaga tinggi menyusul serangan besar-besaran Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran pada Minggu waktu setempat.
Ancaman terhadap sekitar 40.000 personel militer AS yang tersebar di Timur Tengah menjadi perhatian utama, mengingat potensi balasan dari Teheran.
Target Balasan Iran: Dari Pangkalan Udara hingga Serangan Drone
Salah satu target yang paling rawan adalah Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar, yang menampung sekitar 10.000 tentara AS dan menjadi pusat operasi militer AS di kawasan. Menurut seorang pejabat pertahanan senior, Iran memiliki kemampuan untuk menyerang seluruh pangkalan AS di kawasan, baik melalui rudal balistik, drone bersenjata, hingga aksi terorisme.
Ancaman ini bukan tanpa preseden. Pada Januari 2020, Iran meluncurkan 13 rudal balistik ke pangkalan AS di Irak sebagai balasan atas pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani oleh drone AS, yang melukai lebih dari 100 tentara Amerika.
Baca Juga: AS Serangan Fasilitas Nuklir Iran: Harga Minyak Melonjak, Investor Cari Aset Aman
Trump: "Keberhasilan Spektakuler"
Presiden Donald Trump memuji serangan 21 Juni itu sebagai "keberhasilan spektakuler", dengan klaim bahwa fasilitas pengayaan nuklir utama Iran telah dihancurkan sepenuhnya. Ia juga memperingatkan akan adanya serangan lanjutan jika Iran tidak tunduk pada syarat-syarat AS.
Serangan tersebut kemungkinan menggunakan bom super canggih Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang dirancang untuk menghancurkan fasilitas bawah tanah dengan ledakan dahsyat.
Pentagon Tambah Kekuatan Militer di Kawasan
Sebagai tanggapan atas potensi serangan balasan Iran, Pentagon telah mengirimkan gugus tempur kapal induk USS Nimitz ke wilayah Timur Tengah. Kapal-kapal ini, yang dilengkapi dengan kemampuan pertahanan rudal dan pesawat tempur, diharapkan dapat memberikan perlindungan tambahan dan membalas jika Iran menyerang pasukan AS.
Namun, masih ada keraguan dari kalangan legislatif terkait kesiapan ini.
Baca Juga: Iran Murka! Ini Daftar Pangkalan Militer AS di Timur Tengah yang Terancam Diserang
Dalam sidang di Senat, Senator Richard Blumenthal menyatakan kekhawatirannya terhadap kurangnya kepastian dari Menteri Pertahanan Pete Hegseth soal perlindungan terhadap personel AS.
“Saya kecewa karena tidak ada jaminan konkret soal langkah aktif untuk melindungi pasukan dan warga sipil Amerika, terutama dari serangan drone,” ujar Blumenthal.
Ia juga mengangkat kemungkinan bahwa Iran dapat meluncurkan serangan drone dari dalam wilayah Amerika Serikat, mencontohkan serangan Ukraina terhadap Rusia serta penggunaan drone oleh Israel yang diselundupkan ke dalam Iran.
Ancaman Nyata dan Langkah Pencegahan
Pentagon mengklaim telah meningkatkan kesiapsiagaan dan pertahanan di semua pangkalan di kawasan sejak dua pekan terakhir. Namun, mengingat banyaknya vektor serangan potensial dari Iran — mulai dari rudal jarak jauh hingga taktik terorisme non-konvensional — tantangan perlindungan menjadi semakin kompleks.
Dengan meningkatnya eskalasi dan ketegangan geopolitik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, keselamatan puluhan ribu tentara dan warga sipil Amerika di Timur Tengah kini menjadi taruhan besar bagi kebijakan luar negeri dan pertahanan nasional AS.