Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - YEREVAN/BAKU. Prancis dan Turki saling tuduh pada Rabu (30/9/2020) seiring meningkatnya ketegangan internasional atas bentrokan sengit antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia.
Mengutip Reuters, pada hari keempat pertempuran, Azerbaijan dan daerah kantong etnis Armenia di Nagorno-Karabakh saling melemparkan tuduhan bahwa pihal lain yang melakukan aksi menembak terlebih dulu di sepanjang garis kontak yang memisahkan mereka di pegunungan Kaukasus Selatan yang bergejolak.
Puluhan orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya luka-luka dalam pertempuran yang terjadi sejak Minggu, yang telah menyebar jauh ke luar kantong wilayah perbatasan. Perang ini juga dicemaskan akan terus meluas ke dalam perang habis-habisan antara Azerbaijan dan Armenia.
Meletusnya kembali salah satu "perang dingin" sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 telah menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan, koridor pipa yang merupakan jalur pengiriman minyak dan gas ke pasar dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kekuatan regional Rusia dan Turki bisa ikut terseret.
Baca Juga: Presiden Azerbaijan: Kami akan terus berjuang sampai Armenia hengkang dari tanah kami
Juru bicara kementerian pertahanan Armenia Shushan Stepanyan mengunggah tweet video ledakan besar dari tembakan artileri, disertai dengan musik yang dramatis yang bertuliskan "Pengambilalihan posisi Azerbaijan".
Sementara, Azerbaijan merilis rekaman yang menunjukkan pasukannya menembakkan tembakan roket ke markas musuh, serta asap abu-abu naik dari dalam Nagorno-Karabakh saat dihancurkan oleh artileri Azeri. Foto-foto yang diambil di kota Azeri Terter menunjukkan orang-orang berlindung di parit dan bangunan rusak yang menurut penduduk terkena peluru Armenia.
Baca Juga: Perang Armenia vs Azerbaijan, Azerbaijan klaim bunuh ribuan tentara Armenia
Kecemasan tentang peran Turki
Beberapa sekutu Turki di NATO semakin khawatir dengan sikap Ankara terkait Nagorno-Karabakh, wilayah yang memisahkan diri dari Azerbaijan. Wilayah ini dijalankan oleh etnis Armenia tetapi tidak diakui oleh negara mana pun sebagai republik merdeka.
Melansir Reuters, ketika ditanya apakah Ankara akan menawarkan dukungan militer jika Azerbaijan memintanya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Rabu bahwa Turki akan "melakukan apa yang diperlukan". Pernyataannya itu menyuarakan pernyataan Presiden Turki Tayyip Erdogan.
Baca Juga: Kian sengit, pertempuran pasukan Azerbaijan dan Armenia terus berlanjut
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, kemudian berterima kasih kepada Turki atas dukungannya tetapi mengatakan negaranya tidak membutuhkan bantuan militer. "Pertempuran akan berhenti jika pasukan Armenia segera meninggalkan tanah kami," katanya.
Cavusoglu juga mengatakan solidaritas Prancis kepada Armenia sama dengan mendukung pendudukan Armenia di Azerbaijan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang negaranya adalah rumah bagi banyak orang keturunan Armenia, menanggapi hal tersebut saat berkunjung ke Latvia. Dia mengatakan Prancis sangat prihatin dengan "pesan suka perang" dari Turki "yang pada dasarnya menghilangkan hambatan Azerbaijan dalam merebut kembali Nagorno-Karabakh".
“Dan itu tidak akan kami terima,” katanya.
Peran Moskow
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow bersedia menjadi tuan rumah bagi para menteri luar negeri Armenia dan Azerbaijan untuk melakukan perundingan.
Reuters memberitakan, Lavrov mengadakan percakapan telepon terpisah dengan kedua menteri luar negeri, dan mengatakan dia menyerukan gencatan senjata dan menghentikan "retorika provokatif perang".
Lavrov mengatakan Rusia akan terus bekerja baik secara independen maupun bersama-sama dengan perwakilan kelompok Minsk lainnya dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) untuk menengahi konflik tersebut.