kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Perang Chip AS-China: Bakal Ada Pembaruan Pembatasan Ekspor di Oktober


Selasa, 03 Oktober 2023 / 07:37 WIB
Perang Chip AS-China: Bakal Ada Pembaruan Pembatasan Ekspor di Oktober
ILUSTRASI. AS memperingatkan Beijing tentang rencananya untuk memperbarui peraturan yang membatasi pengiriman chip AI dan alat pembuat chip ke China. REUTERS/Jason Lee


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK/WASHINGTON. Pemerintahan Biden memperingatkan Beijing tentang rencana AS untuk memperbarui peraturan yang membatasi pengiriman chip AI dan alat pembuat chip ke China. Aturan tersebut bakal diberlakukan paling cepat awal Oktober.

Melansir Reuters yang mengutip pernyataan seorang pejabat AS, keputusan kebijakan tersebut bertujuan untuk menstabilkan hubungan antara kedua negara.

Departemen Perdagangan AS, yang mengawasi pengendalian ekspor, tengah mengerjakan pembaruan pembatasan ekspor yang pertama kali dirilis tahun lalu. Pembaruan tersebut bertujuan untuk membatasi akses ke lebih banyak alat pembuat chip sesuai dengan peraturan baru Belanda dan Jepang, serta untuk menutup beberapa celah dalam pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan (AI).

“RRC mengharapkan adanya informasi terbaru menjelang peringatan setahun aturan tersebut berlaku, berdasarkan percakapan dengan para pejabat pemerintah,” kata pejabat AS, menggunakan singkatan dari Republik Rakyat China. 

Informasi saja, aturan aslinya diterbitkan pada 7 Oktober 2022.

Baca Juga: Militer China Merilis Animasi tentang Penyatuan Kembali Taiwan

Menurut sumber Reuters, para pejabat AS memberikan informasi tersebut kepada rekan-rekan mereka di China dalam beberapa minggu terakhir. Sayangnya, pejabat tersebut menolak untuk mengungkapkan rincian percakapan tersebut.

Memberikan informasi kepada China tentang peraturan tersebut adalah bagian dari upaya yang lebih luas dari pemerintahan Biden untuk menstabilkan hubungan dengan Beijing. 

Upaya ini dilakukan setelah keputusan AS untuk menembak jatuh balon mata-mata Tiongkok yang meningkatkan ketegangan secara tajam pada bulan Februari.

Pemerintahan Biden juga telah mengirimkan sejumlah pejabat tingkat tinggi ke China, termasuk Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo pada bulan Agustus. Selain itu, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada bulan September.

Baca Juga: China Luncurkan Jalur Kereta Peluru Berkecepatan Tinggi Pertama di Atas Air

Pembatasan yang dikeluarkan pada bulan Oktober lalu bertujuan untuk mencegah teknologi AS digunakan untuk memperkuat militer China. Salah satu caranya yakni dengan memutus aksesnya terhadap chip AI yang canggih dan membatasi kemampuannya untuk mengimpor alat pembuat chip paling canggih dari Amerika Serikat.

Departemen Perdagangan China menolak berkomentar. Sementara, juru bicara kedutaan besar China di Washington tidak memberikan keterangan apapun ketika dimintai komentar mengenai peringatan tersebut.

“China dengan tegas menentang upaya AS yang berlebihan dalam menerapkan konsep keamanan nasional dan penyalahgunaan langkah-langkah pengendalian ekspor untuk secara tidak sengaja melemahkan perusahaan-perusahaan China,” kata juru bicara China Liu Pengyu.

Mantan pejabat Gedung Putih Peter Harrell menekankan bahwa dia tidak tahu apakah pemerintah telah memperingatkan China tentang peraturan baru tersebut. Namun dia mengatakan, jika mereka memperingatkan China, hal ini akan menjadi “titik perubahan” bagi pemerintah dalam upayanya untuk menghindari pengiriman sinyal yang disalahpahami.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen juga memberikan peringatan kepada pejabat China pada bulan Juli tentang pembatasan investasi AS di China yang dirilis pada bulan Agustus.

Pemerintahan Biden juga berharap dapat memastikan kehadiran Presiden Tiongkok Xi Jinping pada pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco pada bulan November. Ini juga merupakan sebuah upaya yang juga membebani waktu dikeluarkannya peraturan ekspor yang akan datang.

Sumber Reuters juga membisikkan, sejumlah pejabat AS juga berusaha untuk menghindari mempublikasikan aturan baru ini menjelang pertemuan puncak, yang mereka anggap berpotensi membahayakan kehadiran Xi. 

Aturan apa pun yang belum siap untuk dipublikasikan pada awal Oktober kemungkinan besar akan ditahan terlebih dulu hingga KTT selesai untuk menghindari pertentangan dengan Tiongkok.

Baca Juga: China: AS adalah Kerajaan Kebohongan yang Sebenarnya

Namun, pejabat tersebut menambahkan, pekerjaan teknis yang diperlukan untuk menyelesaikan pembatasan tersebut belum selesai. 

“Sampai saat ini, rencana akhir belum ada,” kata pejabat itu pada hari Jumat.

Biden dan Xi belum pernah bertemu langsung sejak KTT G20 di pulau Bali pada November tahun lalu, setelah Xi tidak menghadiri pertemuan G20 di India bulan lalu.

Amerika Serikat, Belanda dan Jepang, yang bersama-sama mengendalikan peralatan pembuatan chip terbaik dunia, sepakat untuk mengoordinasikan upaya-upaya awal tahun ini.

Peraturan AS yang akan datang dapat berdampak pada ASML, pembuat peralatan chip terkemuka di dunia dan perusahaan terbesar di Belanda, karena sistemnya mengandung suku cadang dan komponen AS, seperti yang dilaporkan secara eksklusif oleh Reuters pada bulan Juni.

Juru bicara ASML menolak berkomentar.




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×