Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden AS Donald Trump pada hari Kamis (19/3/2020) mengatakan, dirinya akan melibatkan diri dalam perang harga minyak antara Arab Saudi dengan Rusia pada waktu yang tepat. Dalam kesempatan itu dia juga mengatakan, harga bensin yang rendah baik untuk konsumen AS bahkan ketika kondisi itu merugikan industri.
Wall Street Journal melaporkan, mengutip sumber-sumber yang anonim, Pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk melakukan dorongan diplomatik yang bisa membuat Arab Saudi menutup keran produksi dan menggunakan ancaman sanksi terhadap Rusia untuk memaksa mereka mengurangi produksi.
Melansir Reuters, Arab Saudi dan Rusia telah memperebutkan pangsa pasar minyak setelah perjanjian tiga tahun mereka untuk menahan produksi bubar pada bulan ini. Produksi minyak mentah mereka flat pada saat permintaan global melorot tajam karena penyebaran virus corona telah mendorong harga minyak mentah mendekati posisi terendah 20-tahun pada minggu ini.
Baca Juga: Analis menilai kenaikan harga minyak dunia hanya bersifat sementara, ini alasannya
"Kami berusaha menemukan semacam jalan tengah," kata Trump kepada wartawan di konferensi pers Gedung Putih. Dia menambahkan, dirinya telah berbicara kepada beberapa pihak mengenai perselisihan kedua negara itu.
"Ini sangat menghancurkan Rusia karena ketika Anda melihatnya, seluruh ekonomi mereka didasarkan pada itu dan kami memiliki harga minyak terendah dalam beberapa dekade sehingga sangat menghancurkan bagi Rusia. Saya juga akan mengatakan itu sangat buruk bagi Arab Saudi. Tetapi mereka sedang bertempur, mereka bertarung dalam masalah harga. Pada waktu yang tepat, saya akan terlibat," katanya seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Harga minyak menguat setelah anjlok ke level terburuk dalam empat tahun
Seperti diketahui, ekonomi Rusia lebih beragam daripada Arab Saudi dan lebih sedikit bergantung pada minyak daripada negara kerajaan itu.
Di sisi lain, harga minyak yang rendah sangat menghancurkan bagi produsen minyak mentah AS yang memiliki biaya lebih tinggi daripada produsen minyak lain di Arab Saudi dan Rusia dan cenderung memacu konsolidasi di industri ini.
Saat ini, Amerika Serikat telah memberikan sanksi pada pipa gas alam Nord Stream 2 Rusia ke Jerman dan unit perusahaan minyak negara Rosneft untuk pemasaran minyaknya di Venezuela. Sanksi ini menyebabkan proyek terhenti sesaat sebelum selesai.
Baca Juga: Harga minyak berpeluang menyentuh US$ 24 per barel pekan ini
Beberapa anggota parlemen AS mengatakan bahwa Rusia dan Arab Saudi dengan sengaja menargetkan industri serpih minyak AS setelah pemerintahan Trump mengejar kebijakan "dominasi energi" untuk mengekspor minyak dan gas ke Eropa dan Asia.
Berkat boom shale, Amerika Serikat telah menjadi produsen minyak terbesar di dunia, menyusul Arab Saudi dan Rusia.
Baca Juga: Harga Minyak Masih Sulit Bangkit, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham di Sektor Minyak
Sembilan senator dari Partai Republik, termasuk Kevin Cramer dari North Dakota yang memproduksi minyak, mengadakan pembicaraan pada hari Rabu dengan Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat Putri Reema binti Bandar bin Sultan. Mereka berharap bisa meyakinkan Arab Saudi untuk menghentikan banjir pasar minyak global.
Baca Juga: Apakah ramalan krisis finansial 2020 Roubini akan jadi kenyataaan akibat corona?
Trump sendiri sudah berbicara tentang pasar minyak dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dalam panggilan telepon pada 9 Maret. Selain itu, menurut Departemen Luar Negeri, duta besar AS untuk Arab Saudi, John Abizaid, berbicara dengan menteri energi Saudi Kamis lalu tentang pasar minyak. Ada beberapa detail yang dibahas dalam diskusi tersebut.