kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang masih lama, vaksin pertama virus corona baru tersedia satu tahun lagi


Selasa, 11 Februari 2020 / 23:20 WIB
Perang masih lama, vaksin pertama virus corona baru tersedia satu tahun lagi
ILUSTRASI. Seorang pekerja menggunakan pakaian pelindung terlihat di pusat pembuangan limbah medis di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, 8 Februari 2020.


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Perang melawan wabah virus corona baru bakal berlangsung lama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, vaksin pertama virus itu baru tersedia dalam 18 bulan ke depan.

"Jadi, kita harus melakukan semuanya hari ini, menggunakan semua senjata yang tersedia," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa, Selasa (11/2), seperti dikutip Reuters.

Tedros meminta semua negara seagresif mungkin dalam memerangi virus corona baru. "Jika dunia tidak ingin bangun dan menganggap virus sebagai musuh publik nomor satu, saya tidak berpikir kita akan belajar dari pelajaran ini," ujarnya.

Baca Juga: Bank Dunia tawarkan bantuan teknis virus corona ke China, tapi bukan pinjaman uang

"Kami masih dalam strategi penahanan dan tidak boleh membiarkan virus (corona baru) memiliki ruang untuk penularan lokal (dari manusia ke manusia)," imbuh Tedros.

Sebelumnya, Tedros menuturkan, China telah melaporkan 42.708 kasus virus corona baru terkonfirmasi, termasuk 1.017 kematian. "Dengan 99% kasus di China, ini tetap sangat darurat bagi negara itu," katanya seperti dilansir Reuters.

"Tetapi, (virus corona baru) ancaman sangat besar bagi seluruh dunia," ujar Tedros saat membuka pertemuan yang bertujuan mempercepat penelitian obat-obatan, diagnostik, dan vaksin virus corona baru di Jenewa, Selasa (11/2).

Baca Juga: Waspada! Puncak wabah virus corona terjadi pertengahan bulan ini

Karena itu, Tedros berharap, salah satu hasil dari pertemuan tersebut akan menjadi peta jalan untuk penelitian. Hadir dalam pertemuan itu lebih dari 400 peneliti, termasuk yang ikut serta lewat konferensi video dari China dan Taiwan.

"Intinya adalah solidaritas, solidaritas, solidaritas. Itu terutama berlaku dalam hal berbagi sampel," tegas Tedros. "Untuk mengalahkan wabah ini, kita perlu berbagi secara terbuka dan adil, sesuai dengan prinsip keadilan dan kesetaraan".




TERBARU

[X]
×