Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Beberapa kota perbatasan di Timur Laut China mulai memperketat tindakan COVID-19, membatasi perjalanan dan pertemuan di ruang publik, dan beberapa menyatakan mode kewaspadaan dan pemantauan "pra-perang", ketika negara itu memerangi wabah baru.
Melansir Reuters, China melaporkan 23 kasus COVID-19 bergejala yang ditularkan secara lokal untuk Rabu (27/10), data resmi menunjukkan pada Kamis (28/10), turun dari 50 infeksi sehari sebelumnya. Sehingga, jumlah total kasus menjadi 270 sejak 17 Oktober, ketika wabah baru bergulir.
Meskipun penghitungannya kecil dibandingkan banyak negara, penyebaran ke lebih dari selusin wilayah provinsi dan kebijakan tanpa toleransi telah memaksa pejabat lokal untuk memperketat pembatasan, sekali lagi menekan sektor jasa termasuk pariwisata dan katering.
Di Provinsi Heilongjiang di Timur Laut China, yang berbatasan dengan Rusia, Kota Heihe mendeteksi satu kasus lokal plus tiga kasus tanpa gejala pada Rabu. Kota berpenduduk 1,3 juta itu menyetop kegiatan manufaktur dan bisnis di daerah perkotaan, kecuali yang penting.
Baca Juga: Berantas lonjakan kasus COVID-19, China lockdown kota berpenduduk 4 juta orang ini
Heihe juga melarang orang dan kendaraan di daerah perkotaan keluar dan menutup sementara pintu masuk ke daerah itu untuk alasan yang tidak penting melalui jalan umum, sambil menghentikan layanan bus dan taksi. Penerbangan dari kota dan beberapa layanan kereta api juga dihentikan.
Tingkat vaksinasi China yang tinggi pada prinsipnya akan memungkinkannya untuk beralih ke strategi endemik yang tidak terlalu mengganggu, menurut Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics.
Hingga 23 Oktober lalu, 76% dari 1,41 miliar penduduk China telah menerima vaksinasi dosis lengkap.
"Tapi, kehati-hatian ekstrim berlaku," katanya kepada Reuters. "Pelonggaran apa pun tampaknya tidak mungkin sampai setidaknya setelah Olimpiade Musim Dingin pada Februari tahun depan".
Baca Juga: Eropa jadi episentrum baru, kasus COVID-19 global kembali menanjak