Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Perdana Menteri Mongolia, Luvsannamsrain Oyun-Erdene, akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya pada hari Selasa (3/6) setelah diserang gelombang demonstrasi massa antikorupsi selama berminggu-minggu.
Oyun-Erdene mengumumkan pengunduran dirinya setelah kalah dalam mosi tidak percaya di antara anggota parlemen.
Hasil pemungutan suara menunjukkan, hanya 44 anggota parlemen yang memilih untuk mempertahankan kepercayaan padanya, dan 38 menentang.
Baca Juga: Warga Korea Selatan Memilih Presiden, Berharap Stabilitas Pulih Pasca Darurat Militer
Jumlah itu tidak mencapai ambang batas 64 suara yang disyaratkan dari 126 kursi parlemen, sehingga mendorong Oyun-Erdene untuk mengundurkan diri.
Meskipun begitu, dirinya masih akan tetap menjabat sebagai perdana menteri sementara sampai penggantinya ditunjuk dalam waktu 30 hari.
"Merupakan suatu kehormatan untuk melayani negara dan rakyat saya di masa-masa sulit, termasuk pandemi, perang, dan tarif," kata Oyun-Erdene dalam pidato terakhirnya, dikutip CNA.
Mongolia berjuang melawan korupsi yang mengakar selama beberapa dekade. Masyarakat menilai, kalangan elit dan orang-orang terkaya di negara itu menimbun keuntungan dari meningkatnya produksi pertambangan batu bara selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Peringkat Kekuatan Militer NATO Tahun 2025, Amerika Serikat Masih Sulit Dikejar
Kekecewaan masyarakat memuncak sejak bulan lalu. Gelombang demonstrasi terjadi di ibu kota Ulaanbaatar, menyoroti gaya hidup mewah keluarga perdana menteri.
Pada hari Senin (2/6), ratusan pemuda berkumpul di alun-alun di luar gedung parlemen pada. Mereka secara terbuka mendesak agar PM Oyun-Erdene meninggalkan jabatannya.
Sejak Oyun-Erdene berkuasa pada tahun 2021, peringkat Mongolia dalam Indeks Persepsi Korupsi yang dirilis Transparency International telah turun.
Baca Juga: Bank of Japan Beri Sinyal Kesiapan Menaikkan Suku Bunga Jika Ekonomi Bangkit
Kekhawatiran terhadap ekonomi dan meningkatnya biaya hidup juga telah memicu kerusuhan.
Oyun-Erdene tentu membantah tuduhan korupsi. Dalam pidato terakhirnya di parlemen sebelum pemungutan suara mosi tidak percaya, dirinya justru menganggap ada kepentingan lain, yang tersembunyi, untuk menjatuhkan pemerintahannya.
Tidak hanya itu, Oyun-Erdene juga memperingatkan akan ketidakstabilan politik dan kekacauan ekonomi jika dipaksa turun kekuasaan.
Tonton: Terjebak Utang ke China, Banyak Negara Miskin dan Berkembang Kini Terancam Bangkrut