kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peringatan resesi teranyar: Kaum tajir mulai ogah berbelanja


Kamis, 29 Agustus 2019 / 07:46 WIB
Peringatan resesi teranyar: Kaum tajir mulai ogah berbelanja
ILUSTRASI. Lelang berlian putih di balai lelang Sothebys


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Mark Zandi, chief economist Moody's analytics menilai, jika kaum kaya masih menutup rapat-rapat dompet mereka, perekonomian secara umum akan ikut merasakan dampaknya. "Proporsi 10% warga kaya hampir setengah dari pengeluaran konsumen. Akan tetapi, pengeluaran mereka mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir. Sementara pengeluaran kelas menengah terus mendaki," paparnya.

Dia menambahkan, jika kaum tajir dunia terus menahan diri untuk berbelanja, hal itu akan menjadi ancaman bagi ekspansi ekonomi.

Di sisi lain, kaum kaya juga semakin gemar menabung. Bahkan nilainya naik dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Ini berarti, kelompok kaya tidak memegang dana tunai. Sedangkan kelompok masyarakat menengah terus berbelanja.

Baca Juga: Belajar dari Jack Ma, si manusia gaptek yang menjelma menjadi miliarder

"Jika pertumbuhan lapangan kerja mengalami perlambatan, tingkat pengangguran akan naik. Kelompok kelas menengah lah yang akan merasakan dampaknya, sehingga terjadi penurunan ekonomi," ujar Zandi.

Ada dua alasan utama mengapa hal ini terjadi: market yang volatile dan melambatnya perekonomian global. Kaum tajir memiliki lebih dari 80% saham di AS, sehingga mereka akan lebih sensitif terhadap pergerakan saham dan obligasi.

Selain itu, karena kebanyakan kelompok kaya memiliki perusahaan yang memiliki bisnis di luar negeri, mereka menjadi lebih siaga terhadap badai ekonomi yang muncul dari seluruh dunia.




TERBARU

[X]
×