kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Peringatan resesi teranyar: Kaum tajir mulai ogah berbelanja


Kamis, 29 Agustus 2019 / 07:46 WIB
Peringatan resesi teranyar: Kaum tajir mulai ogah berbelanja
ILUSTRASI. Lelang berlian putih di balai lelang Sothebys


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Kaum kaya dunia memangkas anggaran belanja mereka terhadap barang apapun, mulai rumah hingga perhiasan. Kondisi ini semakin memicu kecemasan bahwa resesi dimulai dari kelompok kaya.

Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, tingkat penjualan di real estate, toko ritel mewah, mobil klasik, hingga barang-barang seni mencatatkan penurunan tajam.

Sementara, kelas menengah dan konsumen umum lainnya masih terus berbelanja. Menurut sejumlah ekonom, penurunan anggaran belanja secara tiba-tiba dari kelompok tajir dunia dapat menyeret perekonomian sehingga memperlambat pertumbuhan.

Baca Juga: Mengapa orang-orang terkaya Hong Kong turun gelanggang minta demo diakhiri?

Penjualan rumah mewah mengalami tahun terburuk sejak terjadinya krisis finansial, di mana properti mahal seperti di kawasan Manhattan mengalami penurunan penjualan selama enam kuartal beruntun. Berdasarkan data Redfin, penjualan rumah seharga US$ 1,5 juta atau lebih mengalami penurunan 5% di AS pada kuartal dua.

Data yang sama juga menunjukkan mansion dan penthouse yang belum terjual menjamur di seluruh negara, khususnya di Aspen, Colorado, dan Hampston di New York.

Pelaku ritel yang menyasar market kelompok 1% dunia juga mengalami kondisi menyedihkan. Barney's mengajukan file kebangkrutan dan Nordstrom membukukan penurunan pendapatan selama tiga kuartal berturut-turut. Sementara itu, Wal-Mart dan Target, yang menyasar kelompok masyarakat lebih umum, melaporkan trafik dan pertumbuhan yang lebih kuat dibanding ekspektasi.

Baca Juga: Warren Buffett: Kesuksesan sejati tidak ada hubungannya dengan uang

Indikasi lainnya dapat dilihat dari lelang mobil Pebble Beach yang dihelat pada bulan ini. Biasanya, lelang ini kerap membukukan penjualan yang melampaui harga rekor. Namun, kali ini, mobil-mobil mahal seakan tidak ada yang melirik. Sebaliknya, hampir separuh dari mobil yang ditawarkan senilai US$ 1 juta atau lebih berhasil terjual. Hanya saja, harga mobil yang dibanderol di bawah US$ 75.000 terjual sangat cepat, jauh di bawah estimasi.

Bagaimana dengan penjualan barang seni? Pada paruh pertama 2019, penjualan lelang seni mengalami penurunan untuk kali pertama dalam beberapa tahun terakhir. Penjualan di balai lelang Sotheby's melorot 10%. Sementara penjualan di Christie's anjlok 22% dibanding tahun sebelumnya.

Baca Juga: Di tengah perang dagang AS-China, Elon Musk dan Jack Ma jadi pembicara di Shanghai

Banyak alasan mengapa kaum kaya enggan berbelanja. Perubahan pajak, misalnya, menjadi salah satu alasan mengapa penjualan real estate melorot.

Mark Zandi, chief economist Moody's analytics menilai, jika kaum kaya masih menutup rapat-rapat dompet mereka, perekonomian secara umum akan ikut merasakan dampaknya. "Proporsi 10% warga kaya hampir setengah dari pengeluaran konsumen. Akan tetapi, pengeluaran mereka mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir. Sementara pengeluaran kelas menengah terus mendaki," paparnya.

Dia menambahkan, jika kaum tajir dunia terus menahan diri untuk berbelanja, hal itu akan menjadi ancaman bagi ekspansi ekonomi.

Di sisi lain, kaum kaya juga semakin gemar menabung. Bahkan nilainya naik dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Ini berarti, kelompok kaya tidak memegang dana tunai. Sedangkan kelompok masyarakat menengah terus berbelanja.

Baca Juga: Belajar dari Jack Ma, si manusia gaptek yang menjelma menjadi miliarder

"Jika pertumbuhan lapangan kerja mengalami perlambatan, tingkat pengangguran akan naik. Kelompok kelas menengah lah yang akan merasakan dampaknya, sehingga terjadi penurunan ekonomi," ujar Zandi.

Ada dua alasan utama mengapa hal ini terjadi: market yang volatile dan melambatnya perekonomian global. Kaum tajir memiliki lebih dari 80% saham di AS, sehingga mereka akan lebih sensitif terhadap pergerakan saham dan obligasi.

Selain itu, karena kebanyakan kelompok kaya memiliki perusahaan yang memiliki bisnis di luar negeri, mereka menjadi lebih siaga terhadap badai ekonomi yang muncul dari seluruh dunia.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×